A B S T R A K Media memiliki peran strategis dalam membentuk persepsi publik terhadap isu-isu sensitif seperti krisis kemanusiaan Rohingya. Artikel ini membahas bagaimana Narasi TV sebagai media digital memainkan peran signifikan dalam mengelola narasi berbasis fakta untuk mencegah polarisasi sosial yang disebabkan oleh hate speech di media sosial. Dengan mengedepankan pendekatan naratif berbasis teori Walter Fisher dan konsep framing, penelitian ini menemukan bahwa konten yang dikembangkan oleh Narasi TV berkontribusi dalam memberikan perspektif positif yang membangun empati publik. Meskipun demikian, tantangan utama ditemukan pada distribusi konten di platform populer seperti TikTok, yang memiliki pengaruh besar terhadap audiens tetapi sering menjadi tempat berkembangnya narasi negatif. Dengan menggunakan metode kualitatif berbasis wawancara dan analisis konten, artikel ini menggali bentuk dan efektivitas peran media dalam membangun narasi positif. Temuan menunjukkan bahwa kolaborasi antara media dan masyarakat sipil diperlukan untuk menciptakan narasi yang lebih konstruktif, terutama dalam konteks krisis sosial yang kompleks seperti isu Rohingya. A B S T R A K Media memiliki peran strategis dalam membentuk persepsi publik terhadap isu-isu sensitif seperti krisis kemanusiaan Rohingya. Artikel ini membahas bagaimana Narasi TV sebagai media digital memainkan peran signifikan dalam mengelola narasi berbasis fakta untuk mencegah polarisasi sosial yang disebabkan oleh hate speech di media sosial. Dengan mengedepankan pendekatan naratif berbasis teori Walter Fisher dan konsep framing, penelitian ini menemukan bahwa konten yang dikembangkan oleh Narasi TV berkontribusi dalam memberikan perspektif positif yang membangun empati publik. Meskipun demikian, tantangan utama ditemukan pada distribusi konten di platform populer seperti TikTok, yang memiliki pengaruh besar terhadap audiens tetapi sering menjadi tempat berkembangnya narasi negatif. Dengan menggunakan metode kualitatif berbasis wawancara dan analisis konten, artikel ini menggali bentuk dan efektivitas peran media dalam membangun narasi positif. Temuan menunjukkan bahwa kolaborasi antara media dan masyarakat sipil diperlukan untuk menciptakan narasi yang lebih konstruktif, terutama dalam konteks krisis sosial yang kompleks seperti isu Rohingya. The media has a strategic role in shaping public perceptions on sensitive issues such as the Rohingya humanitarian crisis. This article discusses how Narasi TV as a digital media plays a significant role in managing fact-based narratives to prevent social polarization caused by hate speech on social media. By prioritizing a narrative approach based on Walter Fisher's theory and the concept of framing, this study found that the content developed by Narasi TV contributed to providing a positive perspective that builds public empathy. However, the main challenge was found in the distribution of content on popular platforms such as TikTok, which has a great influence on audiences but is often a place for negative narratives to develop. Using qualitative methods based on interviews and content analysis, this article explores the form and effectiveness of the media's role in building positive narratives. The findings suggest that collaboration between the media and civil society is needed to create a more constructive narrative, especially in the context of a complex social crisis such as the Rohingya issue.
Copyrights © 2024