One of the consequences of an agricultural country as well as a country with a high population density is the certainty of food availability for its population. Such certainty is a shared responsibility between the government and the community, where rice farmers are at the leading edge of food producers. The objective of this study was to analyze the income of rice farmers in South Sulawesi. The method used was descriptive quantitative, involving 15 rice farmers in Alatengae Village, Maros Regency, South Sulawesi Province. Data were collected through three methods: observation, interviews, and relevant documents. To achieve the research objectives, analysis of production costs, revenue, and income is an aspect that is not ignored. The results showed that farmers' income amounted to Rp 24,93,649.17/planting period/hectare. Revenue amounted to Rp 31,987,573.43/planting period/hectare, and costs incurred amounted to Rp 7,014,924.25/planting period/hectare. Based on the national average, the income of farmers in Maros Regency can still be increased through the use of appropriate seeds, the right dose and method of fertilization, and effective and anticipatory pest and disease management. Salah satu konsekuensi dari negara agraris sekaligus negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi adalah kepastian tersedianya pangan bagi penduduknya. Kepastian tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, dimana petani menjadi ujung tombak produsen pangan dalam hal ini tanaman padi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui berapa besar pendapatan petani padi di Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan melibatkan 15 petani padi di Desa Alatengae, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Data diperoleh melalui tiga cara yakni observasi, wawancara, dan dokumen yang relevan. Untuk mencapai tujuan penelitian, analisis biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan merupakan aspek yang tidak diabaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani sebesar Rp 24.93.649,17/musim tanam/hektar. Penerimaan sebesar Rp 31.987.573,43/musim tanam/hektar, dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 7.014.924,25/musim tanam/hektar. Jika dilihat dari angka rata-rata nasional, pendapatan petani di Kabupaten Maros masih dapat ditingkatkan melalui penggunaan bibit yang sesuai, dosis, dan cara pemuoukan yang tepat, serta penanganan hama dan penyakit yang efektif dan antisipatif.
Copyrights © 2025