Penduduk di Desa Bengkala, Bali, terdiri dari 1,4 persen yang mengalami gangguan pendengaran dimana mereka menghadapi tantangan unik dalam kehidupan sosial dan finansial. Perancangan tempat pelatihan dan Kreasi Tunarungu ini bertujuan menciptakan ruang yang responsive terhadap penyandang tunarungu melalui pendekatan DeafSpace yang berfokus pada ruang. Pada proses perancangan sangat penting untuk merencanakan persiapan yang mendukung perilaku serta implementasi dari pendekatan DeafSpace untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka. Penelusuran dimulai dengan menggali perilaku secara umum pengguna tuna rungu hingga spesifik pada tuna rungu yang berada di Desa Bengkala. Metode perancangan yang digunakan adala force based framework dimana mengeksplorasi context, cultere dan needs dari perilaku tunarungu yang berkaitan dengan arsitektur serta budaya dari desa setempat. Hasil pada perancangan ini berupa kriteria desain yang merespon perilaku pengguna kolok serta memberikan wadah untuk beraktivitas sehingga warga kolok Desa Bengkala dapat lebih produktif dan berkreasi. Kriteria desain menghasilkan konsep desain pada penataan masa bangunan, kualitas ruang yang merespon visual pengguna serta bentuk dan fasad bangunan yang masih memiliki harmonisasi budaya setempat.
Copyrights © 2024