Perkembangan teknologi komunikasi berdampak signifikan pada pendidikan, khususnya melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran daring seperti Massive Open Online Course (MOOC), yang memberikan fleksibilitas bagi Generasi Z untuk memilih topik pembelajaran secara bebas. Namun, rendahnya tingkat penyelesaian kursus pada MOOC sering dianggap sebagai permasalahan, meskipun tingkat penyelesaian sebenarnya bukanlah tolok ukur terbaik dalam mengevaluasi pembelajaran di MOOC. Hal ini dapat terjadi karena siswa mendaftar di MOOC dengan berbagai alasan. Misalnya, siswa yang menyelesaikan kursus cenderung lebih tertarik pada konten kursus itu sendiri, sedangkan siswa yang tidak menyelesaikan kursus mungkin lebih memandang MOOC sebagai pengalaman belajar tanpa tekanan untuk menyelesaikan. Penelitian ini menggunakan 385 responden Generasi Z yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel sebesar 0,361, di mana instrumen dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel. Uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach’s Alpha dengan patokan nilai lebih besar dari 0,6 untuk menunjukkan konsistensi data. Analisis data dilakukan dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) berbasis kovarians atau Covariance Based SEM (CB-SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap hipotesis dalam penelitian ini diterima. Task technology fit dan social influence berpengaruh positif dan signifikan terhadap perceived usefulness, yang pada gilirannya meningkatkan sikap positif (attitude toward using) dan niat keberlanjutan penggunaan (continuance intention to use). Temuan ini menegaskan pentingnya integrasi teknologi yang sesuai dan pengaruh sosial untuk meningkatkan perceived usefulness serta mendukung keberlanjutan penggunaan MOOC oleh generasi Z.
Copyrights © 2024