Batam City as an industrial city with a high urbanization rate is experiencing a rapid population surge, making it the city with the highest migration rate in Indonesia. This phenomenon affects communication patterns. Local communities, who still hold tightly to the Malay language, face challenges from the increasing need for communication in Bahasa Indonesia and foreign languages in the industrial environment. This study aims to analyze the symptoms of Malay language maintenance in Bagan Village and identify patterns of language maintenance in social and cultural contexts. Using a sociolinguistic approach, this research involves questionnaire, interview, recording, and observation techniques, with data analysis based on the percentage of language shift and preservation patterns. The results showed that the effort to preserve Malay language in Batam City is still relatively high, especially in Bagan Village. This effort is reflected in two main aspects, namely the cultural aspect through the involvement of local traditions in daily life, and the political aspect through policies that support the preservation of Malay culture. Language preservation is carried out collectively by the community as part of local identity in the midst of rapid urbanization. The contribution of this research is to provide in-depth insights into the strategy of Malay language preservation in the midst of high urbanization development, as well as showing the role of culture and political policies in maintaining the preservation of the language. This research also contributes to the study of sociolinguistics by examining language dynamics in multicultural urban areas, which has the potential to be adopted in the context of language preservation in other big cities.AbstrakKota Batam sebagai kota industri dengan tingkat urbanisasi tinggi mengalami lonjakan penduduk yang pesat, menjadikannya kota dengan tingkat migrasi tertinggi di Indonesia. Fenomena ini memengaruhi pola komunikasi. Masyarakat lokal, yang masih memegang erat bahasa Melayu, menghadapi tantangan dari meningkatnya kebutuhan komunikasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing di lingkungan industri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gejala pemertahanan bahasa Melayu di Kampung Bagan dan mengidentifikasi pola-pola pemertahanan bahasa dalam konteks sosial dan budaya. Menggunakan pendekatan sosiolinguistik, penelitian ini melibatkan teknik kuesioner, wawancara, perekaman, dan pengamatan, dengan analisis data berdasarkan persentase pola pergeseran dan pemertahanan bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pemertahanan bahasa Melayu di Kota Batam masih tergolong tinggi, khususnya di Kampung Bagan. Upaya ini tercermin dalam dua aspek utama, yakni aspek budaya melalui pelibatan tradisi lokal dalam kehidupan sehari-hari, dan aspek politik melalui kebijakan yang mendukung pelestarian budaya Melayu. Pemertahanan bahasa dilakukan secara kolektif oleh masyarakat sebagai bagian dari identitas lokal di tengah pesatnya urbanisasi. Kontribusi penelitian ini, yaitu memberikan wawasan mendalam mengenai strategi pemertahanan bahasa Melayu di tengah perkembangan urbanisasi yang tinggi, serta menunjukkan peran budaya dan kebijakan politik dalam menjaga kelestarian bahasa tersebut. Penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap kajian sosiolinguistik dengan mengkaji dinamika bahasa di wilayah urban yang multikultural, yang memiliki potensi untuk diadopsi dalam konteks pemertahanan bahasa di kota-kota besar lainnya.
Copyrights © 2024