This research aims to trace the trajectory of Alia Swastika (AS) in achieving her position as a leading curator in Indonesia. Using Pierre Bourdieu's theory of cultural production, this study analyzes the relationship between cultural capital and habitus that support AS in gaining legitimacy within the art field, particularly in curatorial practices. The research also examines the strategies AS employed in managing her cultural capital to reach her current status. The results show that AS does not solely rely on her inherent habitus but successfully manages the accumulation of cultural capital and employs effective symbolic strategies to secure legitimacy in the art arena.Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri rekam jejak Alia Swastika (AS) dalam mencapai posisinya sebagai kurator terkemuka di Indonesia. Dengan menggunakan teori arena produksi kultural Pierre Bourdieu, penelitian ini menganalisis hubungan antara modal kultural dan habitus yang mendukung AS dalam memperoleh legitimasi di arena seni rupa, khususnya dalam bidang kuratorial. Penelitian ini juga mengkaji strategi yang digunakan AS dalam mengelola modal tersebut untuk mencapai posisinya saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AS tidak hanya mengandalkan habitus yang ia miliki, tetapi juga berhasil mengelola akumulasi modal kultural dan menerapkan strategi simbolik yang efektif, sehingga memperoleh legitimasi di dunia seni rupa.
Copyrights © 2024