Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 terdapat 21,6% balita terkena stunting dengan 17,1% gizi kurang, dan 3,5% gizi lebih. Kader posyandu dalam mendeteksi status gizi balita dilakukan dengan mengukur berat badan dan panjang badan, kemudian data tersebut dimasukkan dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak kemudian dihitung hasilnya disesuaikan dengan tabel Z-Score. Hal tersebut tidak otomatis sehingga tidak cepat terdeteksi. Tujuan penelitian yaitu mengoptimalkan kinerja mikrokontroler dengan menerapkan metode Forward Chaining yang hasilnya akan ditampilkan pada aplikasi telegram. Tahapan metode penelitian terdiri dari perancangan hardware, perancangan software, ujicoba keseluruhan, pengambilan data, dan analisis data. Metode Forward Chaining untuk pengolahan data digunakan pada tahapan software design. Penelitian ini dapat membantu kader posyandu dalam mengukur panjang badan dan berat badan menggunakan sensor Ultrasonik untuk mengukur panjang badan dan pengukuran berat badan menggunakan Load cell, data tersebut akan masuk ke mikrokontroler Arduino dan diolah menggunakan Forward Chaining, hasil dari status gizi balita secara cepat dan akurat tampil di aplikasi Telegram. Hasil ujicoba dengan pengukuran dinyatakan status gizi BB/U 80% anak normal, TB/U 90% normal, BB/TB 80% gizi baik. Alat yang digunakan memiliki tingkat akurasi lebih besar dari 97%. Mikrokontroler sudah berfungsi dan terintegrasi dengan baik ke Telegram dengan status gizi yang sesuai dengan Z-Score. Hasil penelitian ini memberikan solusi inovatif dalam mendeteksi status gizi balita menggunakan teknologi mikrokontroler yang terintegrasi dengan platform Telegram. Sistem ini memungkinkan deteksi gizi secara cepat dan akurat, serta mempermudah akses informasi bagi orang tua atau tenaga kesehatan melalui aplikasi yang familiar.
Copyrights © 2024