Kekerasan seksual banyak dilaporkan terjadi di lingkungan perguruan tinggi terlebih pada mahasiswa. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pihak perguruan tinggi karena dapat berdampak pada kondisi kesehatan mental korbannya, salah satunya adalah berdampak pada tingkat depresi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat depresi pada korban yang mengalami kekerasan seksual. Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif dengan metode pengambilan data cross-sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kekerasan seksual berdasarkan Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021 dan Beck Depression Inventory II (BDI-II) alat ukur yang dibuat oleh Dr. Aaron T. Beck (1976), dianalisis menggunakan uji univariat. Dari 96 responden yang pernah mengalami kekerasan seksual, tingkat depresi paling tinggi adalah depresi minimal/ tidak depresi yaitu 59,4%. Tingkat depresi berat berjumlah 9,4%. Bila dilihat dari bentuk-bentuk kekerasan seksual sebanyak 70 responden paling sering mengalami bentuk kekerasan seksual menerima ujaran yang menghina tampilan fisik seperti berat badan/ tinggi badan/ warna kulit. Simpulan penelitian ini ialah masih ada kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi. Tingkat depresi minimal/ tidak depresi menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil ini, seperti bentuk kekerasan yang dialami, durasi trauma, dukungan sosial dan karakteristik dari individu itu sendiri bagaimana cara dia mengelola depresi tersebut.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025