UD. Betty Meubel is a furniture company that has not implemented a good policy on the raw material procurement system. This causes waste in raw material storage costs, which makes the company spend more money. The purpose of this study is to plan material inventory and optimize raw material inventory costs. The Always Better Control (ABC) classification method was used in this study. The results for category A will then be calculated using the Continuous Review System Q method, while the results for categories B and C will be calculated using the Periodic Review System P method. Based on the ABC analysis, wood raw materials are group A by utilizing 96,385 of the total inventory, while for group B, namely glue raw materials, there is a budget of 2.41% of the total raw material inventory, and for group C, namely polish and nails, there is a budget of 1.21% of the total raw materials. The results of the Continuous Review System Q method are Rp. 32,813,004 for one order with a reorder point of 12,155, an order interval of 45 days, and an order frequency of 22.5 times in July-December 2023, while the TC for July-December 2024 is Rp. 738,295,198. The Periodic Review System method yielded a total initial inventory of Rp. 18,700,425 for glue raw materials, Rp. 9,169,740 for polish raw materials, and Rp. 298,887.58 for nail raw materials. The results obtained are total inventory cost savings with a cost savings percentage of around 1.31% for wood raw materials, 83.25% for glue, 83.79% for polish, and 90.37% for nails. ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KLASIFIKASI ABC DENGAN METODE CONTINUOUS REVIEW SYSTEM DAN PERIODIC REWIEW SYSTEM UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA PRODUKSIUD. Betty Meubel merupakan perusahaan yang bergerak dibidang furniture yang selama ini belum menerapkan kebijakan yang baik terhadap sistem pengadaan bahan baku. Hal ini yang mengakibatkan pemborosan pada biaya penyimpanan bahan baku yang membuat perusahaan mengeluarkan biaya lebih. Tujuan dari penelitian ini untuk merencanakan persediaan material dan mengoptimalkan bisaya persediaan bahan baku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu klasifikasi Always Better Control (ABC) yang kemudian hasil pada kategori A akan dilanjutkan dengan perhitungan metode Continuous Review System Q sedangkan untuk kategori B dan C akan dilakukan perhitungan dengan metode Periodic Review System P. Berdasarkan analisis ABC bahan baku kayu merupakan kelompok A dengan memanfaatkan 96,385 dari seluruh persediaan, sedangkan untuk kelompok B yaitu bahan baku lem dengan anggaran 2,41% dari total persediaan bahan baku, untuk kelompok C yaitu plitur dan paku dengan anggaran 1,21% dari keseluruhan bahan baku. Hasil dari metode Continous Review System Q adalah Rp. 32.813.004 untuk satu kali pemesanan dengan titik pemesanan kembali di angka 12,155 , interval pemesanan selama 45 hari dan frekuensi pemesanan 22,5 kali dalam Juli – Desember 2023, sedangkan TC per Juli – Desember 2024 adalah Rp. 738.295.198. Hasil dari Pada metode Periodic Review System total persediaan awal dari bahan baku lem yaitu sebesar RP.18.700.425 untuk bahan baku plitur dengan perhitungan awal Rp.9.169.740 dan untuk bahan baku paku dengan perhitungan awal RP. 298.887,58. Hasil yang didapat memiliki pengehematan total biaya persediaan dengan presentase pengehamatan biaya sekitar 1,31%% pada bahan baku kayu,83,25% untuk lem, 83,79% untuk plitur dan 90,37%untuk paku.
Copyrights © 2025