Salah satu komponen penting dalam penyelesaian konflik di tempat kerja adalah manajemen konflik. Ketika layanan medis diberikan dalam suatu organisasi, perselisihan mungkin terjadi. Strategi merujuk pada norma gaya komunikasi diperlukan untuk manajemen konflik yang efektif, terutama dalam hal perilaku petugas kesehatan, terutama kepala departemen dan/atau pemimpin tim. Tujuan dari studi ini adalah untuk menyelidiki korelasi antara variabel yang memengaruhi perselisihan di antara petugas kesehatan di RS AKA Medika Sribhawono di Lampung Timur pada tahun 2024. Studi ini menggunakan desain cross-sectional dan pendekatan observasional deskriptif, yang dikategorikan sebagai studi kuantitatif. Populasi studi adalah 110 orang tenaga kesehatan yang saat ini bekerja di RS AKA Medika Sribhawono di Lampung Timur. Dari kelompok ini diambil sampel sebanyak 96 responden. Metode studi yang digunakan adalah metode proporsional stratified random sample. Merujuk pada data analisis univariat dipahami yakni Di RS AKA Medika Sribhawono Tahun 2024, mayoritas responden merasakan konflik tenaga kesehatan yang Rendah dengan total 54 responden (56,3%), keterbatasan sumber yang rendah dengan total 50 responden (52,1%), sistem imbalan yang Tinggi dengan total 61 responden (63,5%), komunikasi sama rata yakni tinggi dan rendah masing masing dengan total 48 responden (50,0%). Uji statistik mengdatakan nilai p kurang dari 0,05 yang menunjukkan adanya korelasi antar faktor terkait konflik pada tenaga kesehatan di RS AKA Medika Sribhawono, Lampung Timur tahun 2024. Data studi ini diharapkan dapat memberikan arahan bagi institusi dalam menetapkan tingkat beban kerja yang sesuai dan efektif dalam upaya mengurangi resiko terjadinya konflik pada tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025