DKI Jakarta merupakan kota metropolitan dengan jumlah penduduk pada Tahun 2024 sebanyak 10.684.946 jiwa  dengan kepadatan 16.165 jiwa/km2 berdampak kemacetan lalu lintas. Pemerintah telah melakukan peningkatan sistem transportasi terintegrasi Light Rail Transit (LRT) untuk layanan masyarakat sekaligus mengurangi dampak lingkungan seperti polusi udara.  Dalam pembangunan LRT di Jakarta tentu diharapkan memberikan peningkatan layanan publik namun sering juga timbul dampak lain. Tujuan penelitian untuk menganalisis aspek teknis kelayakan dan pelaksanaan konstruksi pembangunan LRT di Jakarta serta temuan dampaknya. Metode yang dilakukan pengumpulan data sekunder terkait dan pengamatan langsung di lokasi.  Teknologi LRT telah dikembangkan di negara-negara lain dan di Indonesia baru dimulai Tahun 2015 di Palembang, Jakarta dan rencana di Surabaya. Pembangunan LRT Jakarta dilakukan secara bertahap pada fase-fase yang telah dirancang, Fase 1 beroperasi sejak 2019 dengan rute sepanjang 5,8 kilometer dari Pegangsaan Dua-Velodrome dan sedang diperpanjang ke Manggarai sepanjang 6,4 km kemudian ke Dukuh Atas.   Fase 2 dengan lintas Kelapa Gading-JIS, dan Fase 3 rute Kemayoran-Jakarta International Stadium (JIS)-Kelapa Gading-Velodrome-Klender-Halim. Pada proyek LRT Jabodebek masih dalam kategori layak diterapkan ditunjukkan dengan durasi Payback Period (PP) 22,59 tahun, Net Present Velue (NPV) di atas 11 triliun rupiah, Profitability Index (PI) 1,42, dan Internal Rate of Return (IRR) 8,09%. Selama masa pelaksanaan konstruksi LRT berdampak pada pengurangan lebar jalur jalan yang tentu berdampak sementara kemacetan pada ruas jalan tersebut khususnya pada jam sibuk. Dampak positif layanan teknologi LRT akan mengurangi kemacetan, kemudahan transportasi masyarakat dan mengurai emisi udara.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025