Remaja mengalami pertumbuhan fisik, mental, dan emosional yang signifikan, memerlukan nutrisi lebih untuk mendukung perkembangan mereka. Namun, banyak remaja menghadapi masalah kesehatan, termasuk anemia, yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Anemia, yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin, dapat mengurangi konsentrasi belajar dan daya tahan tubuh. Prevalensi anemia di kalangan remaja di Indonesia cukup tinggi, mencapai 32% pada 2018, dengan Kalimantan Timur mencatat angka 43,2%. Penyebab anemia dapat berasal dari berkurangnya sel darah merah atau gangguan pembentukan hemoglobin akibat berbagai faktor, termasuk pola makan yang tidak seimbang. Deteksi dini anemia dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar hemoglobin menggunakan metode Point-of-Care Testing (POCT), yang memungkinkan hasil cepat di lokasi yang jauh dari laboratorium. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa 62,2% siswa memiliki kadar hemoglobin di bawah normal. Meskipun pengetahuan tentang pentingnya konsumsi pangan hewani meningkat, pemahaman tentang sumber zat besi dari sayur-sayuran menurun. Oleh karena itu, diperlukan program pendidikan gizi dan pemeriksaan rutin untuk meningkatkan kesadaran dan kesehatan remaja, serta intervensi untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada remaja.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024