Wilayah kepulauan menghadapi tantangan unik dalam pembangunan berkelanjutan, seperti keterbatasan aksesibilitas, kerentanan perubahan iklim, dan ketimpangan pembangunan antarwilayah. Kondisi ini memerlukan pendekatan berbeda dari wilayah daratan. Dalam upayanya bertransformasi menjadi Metropolitan Kepulauan yang inklusif, Kota Baubau berada di pusat dinamika kepulauan di Sulawesi Tenggara. Konsep "metropolitan islands" telah diidentifikasi, namun implementasinya di Indonesia masih terbatas, khususnya terkait model tata kelola metropolitan untuk wilayah kepulauan. Terdapat kesenjangan penelitian terkait model tata kelola metropolitan yang spesifik untuk kawasan berciri kepulauan. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pengembangan model metropolitan kepulauan berkelanjutan. Kebaruan penelitian ini terletak pada pengusulan konsep "Adaptive Islands Metropolis," yang mengintegrasikan unsur-unsur ketahanan perkotaan, konektivitas kepulauan, dan inovasi ekologis. Pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus Kota Baubau diterapkan sembari memanfaatkan data tematik dari kebijakan, statistik, dan literatur akademik. Analisis data difokuskan pada tiga aspek utama: (1) karakteristik spasial dan demografis, (2) dinamika sosial-ekonomi, dan (3) fungsi kemaritiman sebagai penggerak pembangunan inklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan metropolitan kepulauan Kota Baubau mencakup 455 pulau (33,74% wilayah Sulawesi Tenggara) dengan populasi 1.220.390 jiwa (43,68% populasi provinsi). Hal ini mengungkapkan bahwa Kota Baubau memiliki tantangan kompleks dalam membangun konektivitas pulau-pulau utama di kawasan metropolitan seluas 12.200,81 km². Meskipun disparitas pembangunan antarpulau signifikan, konsentrasi populasi sebesar 43,68% dari total penduduk Sulawesi Tenggara menunjukkan potensi besar bagi pengembangan. Teridentifikasi empat fungsi kemaritiman utama, yakni: ekonomi, keamanan-keselamatan, sosial-organisasi, dan inovasi-pengembangan metropolitan kepulauan. Lebarnya disparitas IPM (66,94-79,00) mengindikasikan perlunya strategi pemerataan Pembangunan di wilayah kepulauan agar dapat mendorong pertumbuhan berbasis maritim. Kesimpulannya, transformasi Baubau menjadi metropolitan kepulauan berkelanjutan memerlukan strategi adaptif yang memadukan peningkatan konektivitas, inovasi perkotaan berbasis ekologi, dan penguatan ekonomi kepulauan terpadu. Model ini menjadi solusi strategis untuk menghadapi tantangan kepulauan dan mendorong pembangunan yang inklusif serta berkelanjutan. Studi ini merekomendasikan pembentukan Badan Koordinasi Metropolitan Kepulauan, pengembangan klaster industri maritim, penguatan klaster ekonomi maritim, pengelolaan infrastruktur terintegrasi, dan peningkatan konektivitas antarpulau melalui infrastruktur dan teknologi digital, serta implementasi kebijakan inklusif berbasis karakteristik kepulauan.
Copyrights © 2024