Individu yang awalnya memiliki kondisi fisik normal kemudian menjadi tunadaksa non-bawaan akan mudah mengalami gangguan psikologis, seperti tidak percaya diri, mudah putus asa serta kehilangan ambisi untuk masa depan. Namun, hal ini berbeda bagi kedua subjek penelitian yang menjadi penyandang disabilitas sejak usia muda. Meskipun demikian, mereka tidak menyerah dan bahkan berhasil meraih berbagai prestasi, salah satunya sebagai atlet tunadaksa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses resiliensi serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah atlet tunadaksa non-bawaan yaitu, AI dan IAF. Berdasarkan hasil penelitian AI dan IAF hanya memiliki empat proses resiliensi, yaitu menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian atau peningkatan aspek positif. Aspek resiliensi yang tidak dimiliki adalah regulasi emosi, mengontrol impuls, dan optimis. Terdapat tiga faktor yang memengaruhi AI dan IAF dalam resiliensi. Pertama, faktor individu, berupa keinginan yang kuat untuk bangkit serta dorongan spiritual. Kedua, faktor keluarga, terutama orang tua. Ketiga, faktor eksternal, berupa dukungan dari komunitas khusus disabilitas yaitu NPCI Kota Padang.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024