Hubungan antara pelatih dan atlet merupakan faktor penting dalam perkembangan atlet remaja, dengan kepemimpinan pelatih memainkan peran kunci dalam membentuk dinamika tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan dan membandingkan gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis terhadap kompatibilitas hubungan pelatih-atlet dalam sepak bola remaja. Selain itu, penelitian ini juga menyelidiki apakah posisi bermain berkontribusi terhadap perbedaan dalam hubungan pelatih-atlet. Metode kuantitatif komparatif dengan pendekatan cross-sectional digunakan, melibatkan 30 atlet sepak bola berusia 12-17 tahun. Data dikumpulkan menggunakan Leadership Scale for Sport (LSS) untuk mengukur persepsi atlet terhadap kepemimpinan pelatih dan Coach-Athlete Relationship Questionnaire (CART-Q) untuk menilai kualitas hubungan pelatih-atlet. Analisis data dilakukan dengan independent sample t-test dan one-way ANOVA menggunakan SPSS 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara gaya kepemimpinan demokratis dan otoriter terhadap kompatibilitas hubungan pelatih-atlet (p 0,05). Kepemimpinan demokratis memiliki nilai rata-rata hubungan pelatih-atlet yang lebih baik dibandingkan kepemimpinan otoriter (MD=4.824). Namun, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam hubungan pelatih-atlet berdasarkan posisi bermain atlet (p 0,05). Studi ini memberikan wawasan bagi pelatih dalam mengadopsi gaya kepemimpinan yang lebih inklusif untuk meningkatkan hubungan dengan atlet dan mendukung perkembangan mereka dalam olahraga.
Copyrights © 2025