Penelitian ini menganalisis perbandingan vernakular antara maskot KPU NTB "Si Meton" (2018) dan "Puk Puk" (2024) dalam konteks representasi budaya lokal dan fungsi mereka sebagai media komunikasi visual. Maskot "Si Meton" menonjolkan elemen budaya Sasak, seperti pakaian adat dan keris tradisional, sementara "Puk Puk" lebih fokus pada pelestarian alam dengan mengangkat Celepuk Rinjani dan Gunung Rinjani sebagai ikon. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif-komparatif, melibatkan analisis visual, studi literatur, dan wawancara dengan narasumber terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua maskot berhasil menarik perhatian masyarakat dan meningkatkan partisipasi dalam Pilkada, meskipun dengan pendekatan yang berbeda. "Si Meton" lebih efektif dalam merepresentasikan budaya lokal, sedangkan "Puk Puk" lebih menekankan pada kesadaran lingkungan. Namun, terdapat kelemahan dalam penempatan elemen budaya pada "Si Meton" dan kurangnya representasi budaya lokal pada "Puk Puk". Simpulan penelitian ini menyarankan agar desain maskot di masa depan menggabungkan elemen budaya dan alam secara seimbang untuk menciptakan representasi yang lebih inklusif dan komprehensif bagi masyarakat NTB.
Copyrights © 2023