Mengacu pada teori context collapse yang diperkenalkan oleh Boyd dan Marwick, penelitian ini mengidentifikasi bahwa media sosial berperan dalam menyatukan berbagai audiens dari konteks sosial yang berbeda ke dalam satu platform, sehingga menciptakan tekanan bagi individu untuk menyesuaikan identitas mereka sesuai dengan beragam ekspektasi audiens tersebut. Tekanan ini berkontribusi terhadap munculnya QLC yang ditandai dengan krisis identitas, kecemasan, serta ketidakstabilan emosional, yang diperburuk oleh perbandingan sosial dan standar pencapaian yang didorong oleh media sosial. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi fenomena Quarter-Life Crisis (QLC) yang dialami oleh generasi usia muda produktif, dengan menitikberatkan pada pengaruh media sosial terhadap pembentukan persepsi diri, pencapaian, dan interaksi sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui wawancara semi-terstruktur terhadap 3 orang individu berusia 20-30 tahun yang berdomisili di Jakarta, untuk menggali lebih jauh bagaimana media sosial membentuk persepsi mereka mengenai diri, pencapaian, dan hubungan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan dalam mengelola identitas di media sosial menimbulkan tekanan sosial yang signifikan, terutama bagi mereka yang merasa terjebak dalam standar pencapaian ideal yang diproyeksikan melalui platform digital. Studi ini menekankan pentingnya peningkatan kesadaran diri, pengelolaan audiens di media sosial, serta dukungan sosial yang konstruktif sebagai langkah mitigasi terhadap dampak negatif QLC dan fenomena context collapse.  Kata kunci: Context Collapse, Media Sosial, Quarter Life Crisis
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025