This study explores the psychological, emotional, and social impact of fatherlessness during emerging adulthood (ages 18-29), a critical developmental stage which an individual transitions from adolescence to early adulthood. Using a qualitative phenomenological approach, data were collected through questionnaires and in-depth interviews with young adults from Sumatra, Java, and Kalimantan who experienced fatherlessness with categories: parental divorce, busy work, and as father death. The novelty of this study lies in the specific focus on fatherlessness during emerging adulthood, a stage that has not been explored in previous research. The findings showed that the psychological impact felt by respondents varied. Respondents whose fathers were busy working showed ambitious responses as well as low self-confidence and lack of motivation. Those who experienced parental divorce struggled with intimacy, social interaction and loneliness. Those who lost their fathers to death struggled with emotional dysregulation, difficulty controlling anger, as well as difficulty in building trust. In all cases, the absence of paternal emotional support emerged as a significant factor affecting self-esteem and social development. This research contributes to a deeper understanding of the long-term psychological effects and underscores the importance of social support systems for fatherless emerging adulthood. AbstrakPenelitian ini mengeksplorasi dampak psikologis, emosi, dan sosial dari ketidakhadiran ayah selama masa emerging adulthood (usia 18-29 tahun), sebuah tahap perkembangan kritis yaitu seorang individu bertransisi dari masa remaja ke masa dewasa awal. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi, data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara mendalam dengan orang dewasa muda dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang mengalami ketidakhadiran ayah karena perceraian orang tua, sibuk bekerja, juga ayah yang meninggal. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada fokus spesifiknya pada ketidakhadiran ayah selama masa emerging adulthood, sebuah tahap yang belum dieksplorasi dalam penelitian sebelumnya. Temuan menunjukkan bahwa dampak psikologis yang dirasakan responden bervariasi. Para responden yang ayahnya sibuk bekerja menunjukkan respons yang ambisius juga sebaliknya memiliki rasa percaya diri yang rendah dan kurang motivasi. Mereka yang mengalami perceraian orang tua berjuang dengan keintiman, interaksi sosial, dan perasaan kesepian yang terus-menerus. Mereka yang kehilangan ayah karena meninggal berjuang menghadapi disregulasi emosi, sulit mengendalikan kemarahan, juga sulit dalam membangun kepercayaan. Di semua kasus, tidak adanya dukungan emosional ayah muncul sebagai faktor signifikan yang mempengaruhi harga diri dan perkembangan sosial. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang efek psikologis jangka panjang dan menggarisbawahi pentingnya sistem pendukung sosial bagi kelompok emerging adulthood yang tidak memiliki ayah.
Copyrights © 2025