Artikel ini bertujuan untuk membahas faktor yang melatarbelakangi terjadinya prasangka agama dan etnis khususnya oleh kelompok agama dan suku mayoritas di Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan proses pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen. Penelitian ini diperoleh temuan bahwa prasangka agama dan etnis di Jawa Barat dilakukan oleh segelintir orang dari kelompok mayoritas Islam dan suku Sunda terhadap kelompok minoritas Katolik dan etnis lain non-pribumi. Latar belakang terjadinya prasangka agama diawali oleh faktor individual pemeluk agama yang melahirkan sentimen anti agama non-mayoritas dan didukung fanatisme atas klaim kebenaran agama sendiri. Akibatnya, prasangka agama bergeser pada sentimen anti entis atau kesukuan karena kekhawatiran kaum mayoritas atas dominasi sumber daya terbatas oleh minoritas seperti politik dan ekonomi. Selain itu, dinamika politik nasional juga turut mempengaruhi tingginya diskriminasi agama dan etnis khususnya akibat polarisasi masyarakat di media sosial. Namun demikian, suku Sunda sebagai etnis mayoritas di Jawa Barat memiliki falsafah hidup kuat sebagai modal sosial proses integrasi sosial yakni silih asih, silih asah, silih asuh. Falsafah hidup ini merupakan bagian dari proses kampanye moderasi beragama dengan memanifestasikan salah satu indikator moderasi, mengadopsi budaya lokal dalam kehidupan keberagamaan. Alhasil, upaya perwujudan harmoni sosial untuk pencegahan disintegrasi bangsa menemukan solusi tepat. Mengadaptasi budaya-budaya lokal khas suku bangsa dalam kehidupan beragama selama tidak melanggar ajaran agama mesti dilakukan untuk masa depan Indonesia.
Copyrights © 2022