Menurut WHO, anak usia 0 hingga 6 tahun berada di fase kritis. Pada periode ini, anak mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang sangat cepat. Salah satu aspek yang mulai berkembang sejak lahir adalah kemampuan untuk berkomunikasi. Proses komunikasi anak bermula dari bagaimana ia bereaksi terhadap suara hingga mampu berinteraksi dengan orang lain. Jika anak tidak mengalami perkembangan ini, maka ia bisa dikategorikan mengalami keterlambatan dalam bahasa dan bicara. Salah satu faktor penyebab keterlambatan tersebut adalah stunting. Stunting adalah kondisi kurang gizi yang dialami anak selama seribu hari pertama kehidupannya. Di Jawa Tengah, angka stunting secara keseluruhan turun 0,1 persen di tahun 2022 dibandingkan tahun 2021, menjadi 20,8 persen. Namun, ada 20 kabupaten atau kota yang melaporkan peningkatan kasus stunting. Di Kabupaten Klaten, prevalensi stunting meningkat 2,4% dari 15,8% menjadi 18,2% pada tahun 2022. Di Kelurahan Tonggalan pada April 2023, jumlah kasus stunting telah mencapai 15 anak. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan serta orangtua mengenai risiko keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara pada anak yang mengalami stunting. Metode yang diterapkan adalah memberikan pendidikan dan pelatihan kepada 50 orang responden, yang akan dievaluasi sebelum dan sesudah kegiatan melalui kuesioner. Hasil dari evaluasi ini selanjutnya dianalisis menggunakan Uji T-Test. Didapatkan rata-rata pemahaman responden sebelum kegiatan adalah 30.06 dan meningkat menjadi 40.22 setelah kegiatan. Sementara itu, rata-rata keterampilan responden sebelum kegiatan adalah 29.34 dan naik menjadi 39.86. Nilai signifikansi untuk keduanya adalah p=0.000. Kegiatan pendidikan dan pelatihan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan serta orangtua dalam mencegah keterlambatan bahasa dan bicara pada anak yang mengalami stunting.
Copyrights © 2025