Artikel ini berangkat dari kegelisahan peneliti terkait cara pandang memahami hadis yang hanya mengedepankan kualitas sanad. Anehnya, keshahihan sanad sebagi syarat mutlak dalam memahami hadis tanpa memperdulikan konteks turunnya hadis. Pemahaman demikian memang belum cukup jika hanya dipahami secara tekstualis dan dogmatis. Perlunya sebuah pemahaman yang mampu berdialog dengan keadaan dan perkembangan zaman. Hal ini membutuhkan analisis secara dialektis dan komprehensif. Metode Hermeneutika hadir untuk mencari pemahaman secara kontekstualis sesuai dengan situasi dan kondisi era sekarang. Agar hadis mampu menjadi penerang seluruh umat Islam. Untuk membedah Hermeneutika dalam memahami hadis, penulis menggunkan pendekatan deskriptif-analitis. Hasil dari penelitian ini, metode hermeneutika terbagi menjadi tiga dalam memahami hadis. Pertama, interpretasi dari dalam teks. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam memahami hadis adalah mengidentifikasi makna objektif sesuai dengan tujuan asli yang ingin disampaikan oleh penggagas teks hadis. Penggagas teks (Nabi SAW) sangat krusial dalam memahami hadis. Melaluinya, dapat membedakan antara hadis yang bersifat universal dan tetap, serta yang bersifat khusus atau sementara. Kedua, interpretasi di sekitar teks. Interpretasi tidak hanya berfokus pada pemahaman makna teks secara tepat dan objektif, melainkan lebih pada proses tindakan dalam memahami teks tersebut. Jika diterapkan dalam tafsir hadis, melibatkan pihak-pihak seperti mukharrij al-h}adi>s, mufassir al-h}adi>s\, dan rija>l al-h}adi>s\, sebagai pembaca atau penafsir. Ketiga, interpretasi melawan teks. Pendekatan ini tidak terfokus pada teks, tetapi juga pada realitas itu sendiri untuk menggali eksistensi yang memiliki dimensi historis. Dalam pendekatan ini, hadis dipandang sebagai wujud “kuasa” Nabi, yang kemudian diteruskan oleh rij?l al-?ad?? dan para mufassir, untuk membawa perubahan.
Copyrights © 2024