Musnad : Jurnal Ilmu Hadis
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis, publishes articles in hadis science and ulumul hadis, especially hadith and ulumul hadis studies, living hadith, hadith manuscripts, hadith in the Indonesian context, classical and contemporary hadith thinking, hadith hermeneutic thinking, hadith study research methodology, hadith and information technology, hadith and the media. The journal can be accessed publicly, which means that all content is provided freely accessible without charge to either the user or the institution. Users are allowed to read, download, copy, distribute, print, search, or cite to the full text of the article did not have to ask permission from the publisher or author. Musnad : Jurnal Ilmu Hadis published twice a year (Juli and Desember) by Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat - LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura. Musnad : Jurnal Ilmu Hadis accommodates critical thinking and is open to all circles (academics, religious leaders, intellectuals and students) with the specifications of studies and research in the field of hadis science and ulumul hadis, especially hadith and ulumul hadis studies, living hadith, hadith manuscripts, hadith in the Indonesian context, classical and contemporary hadith thinking, hadith hermeneutic thinking, hadith study research methodology, hadith and information technology, hadith and the media. The Journal serving as a medium for exploring critical thinking on field of hadis science and ulumul hadis, especially hadith and ulumul hadis studies, living hadith, hadith manuscripts, hadith in the Indonesian context, classical and contemporary hadith thinking, hadith hermeneutic thinking, hadith study research methodology, hadith and information technology, hadith and the media.
Articles
24 Documents
PANDANGAN ORIENTALIS TENTANG HADIS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
Mohammad Lutfianto;
takwa takwa taqwallo
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 1 No 1 (2023): Juli
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v1i1.129
Pada abad ke-19 merupakan periode ketika orang muslim menghadapi munculnya tantangan dari para sarjana orientalis yang bersikap kritis dalam studi hadis. Adalah Alois Sprenger yang menjadi sarjana Barat pertama yang mengekspresikan skeptisisme tentang rehabilitasi hadis sebagai sumber sejarah. Kemudian muncul Ignaz Goldziher melalui karyanya Muhammedanische Studien, berpendapat bahwa hadis Nabi sesungguhnya merupakan hasil evolusi sosial-historis Islam selama abad kedua Hijriah dan diikuti beberapa orang lainnya. peneliti menfokuskan pada pembahasan seputar bagaimana kedudukan hadis dalam pandangan Orientalis dan eksistesnsinya sebagai sumber hukum kedua umat Islam. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis konteks atau tokoh terhadap data-data yang sifatnya dokumtasi. pandangan orientalis tentang otentitas hadis sebagai sumber hukum, yaitu: hadis merupakan produk buatan kaum muslimin abad kedua dan ketiga Hijriyah yng berupa catatan-catatan perkembangan Islam di bidang sosial, agama, sejarah dan lainnya, sedangkan kelangkahan peninggalan hadis bentuk tulisan menunjukkan bahwa hadis tidak dapat dipelihara keaslihannya, (b) Mereka sepakat bahwa eksistensi sunnah Nabi sebagai sumber hukum tidaklah terjadi sejak awal Islam dan produk hukum Islam baru terbentuk pada abad kedua Hijriyah dan merupakan hasil dari perkembangan Islam, dan hadis masa itu adalah hasil dari pemalsuan yang dibuat ahli hadis ataupun ahli fikih.
RESEPSI HADIS PADA PLATFORM MEDIA SOSIAL: STUDI KRITIS TENTANG PENYEBARAN DAN INTERPRETASI HADIS DI ERA DIGITAL
Raegil Albert Setiawan
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 2 No 1 (2024): Juli
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v2i1.316
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis resepsi hadis di media sosial, menyoroti dinamika penyebaran dan interpretasi teks keagamaan di era digital. Metode yang digunakan ialah kajian pustaka dengan pendekatan kualitatif dan analisis konten yangmemungkinkan pemahaman tentang bagaimana pengguna media sosial berinteraksi dengan konten hadis. Teknik pengumpulan data melibatkan analisis terhadap berbagai platform media sosial untuk mengidentifikasi penyebaran, pemahaman, dan interpretasi teks di ruang digital. Penelitian ini mengadopsi pendekatan fenomenologi untuk mengeksplorasi pengalaman subjektif pengguna dalam menerima dan menafsirkan hadis yang tersebar di berbagai platform digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial telah menciptakan ruang baru untuk resepsi hadis, di mana karakteristik interaktivitas dan kecepatan penyebaran informasi mempengaruhi pemaknaan keagamaan. Secara keseluruhan, penelitian ini menekankan akan pentingnya literasi hadis dan pemahaman kontekstual dalam penggunaan media sosial. Meskipun media sosial menawarkan akses yang lebih luas, namun tantangan terkait otentisitas dan akurasi tetap ada.
RELIGIOUS POLICY IN THE COVID-19 PANDEMIC AND THE PROPHET’S HADIS
Fatichatus Sa'diyah
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 1 No 2 (2023): Desember
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v1i2.163
This article discusses the arguments of the Prophet’s hadis which are textually contrary to government policies, especially during the covid-19 pandemic. Since the outbreak of covid-19 in early 2020, the government has provided many religious policies for Muslims that have had a lot of impact on their religious behavior. Among them are getting used to praying at home because many mosques are closed, getting used to praying dhuhur on Friday because Friday prayers are abolished, not shaking hands because it will cause physical contact with each other, not attending to pay respects to Muslim brothers who died. While all these behaviors are contrary to the textual meaning of the Prophet’s hadis. For example, regarding the threat who leave Friday prayers, the virtue of praying in congregation at the mosque, the virtue of shaking hands when meeting each other, the virtue of carrying out joint obligations in the form of final respect for Muslim brothers who died. Judging by using the theory of structural functionalism popularized by Robert K Merton, it is explained that the basic assumption is that every structure in a social system is functional with respect to the other parts Therefore, this article concludes that between the two realities –religious policies during a pandemic and religious narratives in hadis– do not cause conflict, in fact there is a relationship between one and the other. This is even more so if the traditions are understood using a contextual approach.
SAHABAT NABI PERSPEKTIF SUNNI DAN SYI’AH
Moh Imron Imron
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 2 No 2 (2024): Desember
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v2i2.319
Dua arah yang berbeda sukar untuk ditemukan antara ideologi Sunni dan Syi’ah dalam menilai eksistensi sahabat. Sunni mengatakan bahwa Sahabat Nabi adalah orang-orang yang adil. Namu, berbeda dari itu, Syiah meyakini bahwa sahabat Nabi adalah orang yang murtad pasca wafatnya Nabi. Dua ideologi ini yang menjadi suatu kegelisahan dan penting untuk dikaji. Yaitu melihat status sahabat Nabi dalam perspektif Sunni dan Syi’ah dengan tujuan mengetahui alasan dari representasi dua ideologi ini. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metodologi kualitatif dengan jenis kajian kepustakaa. Adapun pengumpulan datanya dengan menggunakan teknik dokumintasi dengan pendekatan komparasi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Sunni dengan ideologi yang berlandaskan dalil al-Qur’an dan Sunnah meyakini bahwa sahabat Nabi adalah orang yang adil. Sedangkan Syi’ah dengan dalilnya meyakini bahwa mayoritas sahabat Nabi adalah orang yang murtad pasca wafatnya Nabi hanya sedikit dari mereka yang masih mempertahankan keimanannya. Ideologi ini tumbuh atas dasar al-Qur’an dan hadis dalam perspektifnya.
MENGURAI HIKMAH: KEHALALAN DAN KEHARAMAN DALAM HADIS TERKAIT OLAHAN HEWAN LARON
Mukhammad Alfani;
Farichatul Fauziyah
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 2 No 1 (2024): Juli
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v2i1.235
Artikel penelitian ini membahas tentang pandangan Islam terhadap konsumsi laron hewan, serta memahami perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai kehalalan atau keharaman hewan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode penelitian kepustakaan (penelitian perpustakaan), maka keseluruhan datanya penulis peroleh dan kumpulkan dengan menelaah literatur yang tersedia di Pustaka. Penelitian Pustaka diartikan sebagai penelitian yang berfokus pada objek penelitian berupa buku-buku, dokumen, catatan, dan beragam dokumen tulisan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Islam, konsep makanan halal dan haram yang diatur oleh prinsip-prinsip syariah, dengan beberapa dalil yang menekankan pentingnya memilih makanan yang halal. Pandangan Islam terhadap hewan juga menekankan perlakuan yang adil terhadapnya dengan cara pemeliharaan, penyembelihan yang sesuai, dan larangan kekejaman terhadap hewan. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai status halal atau haram laron, dengan beberapa ulama menyatakan bahwa laron dapat direkomendasikan sebagai halal untuk dikonsumsi, sedangkan ulama yang lain dianggap haram karena dianggap menjijikkan. Makanan yang diharamkan Allah tentu memiliki dampak buruk bagi kesehatan, sehingga disarankan untuk mengonsumsi makanan yang baik dan halal sesuai dengan tutunan Islam. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pandangan Islam terhadap konsumsi hewan laron, serta menyoroti pentingnya memperhatikan kesehatan dan tutunan agama dalam memilih makanan.
MENGULAS KEMBALI KITAB SAHIH AL-BUKHARI
Fatichatus Sa'diyah
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 1 No 1 (2023): Juli
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v1i1.130
Dari sekian banyak kitab hadis yang tersebar, S{ah}i>h{ al-Bukha>ri> merupakan kitab hadis yang diakui dari zamannya hingga sekarang. Kitab ini akan penulis kaji dari berbagai segi mulai dari: biografi Imam al-Bukha>ri>, latar belakang peulisan kitab S{ah}i>h{ al-Bukha>ri>, sitematika penulisan S{ah{i@h} al-Bukha>ri>, tema dan cakupan S}ah}i@h} al-Bukha>ri>, serta komentar ulama terhadap al-Bukha>ri> dan S}ah}i@h} al-Bukha>ri>. al-Bukha>ri adalah ulama kelahiran Uzbekistan, satu di antara negara-negara pecahan Uni Soviet. Kitab ini sangat dikenal luas di kalangan Islam, namun sebagian besar dari mereka tidak terlalu mengetahui dengan detail bagaimana latar belakang dan pernak-pernik S{ah{i@h} al-Bukha>ri. Kitab ini merupakan kitab pertama yang khusus menghimpun hadis sah}i>h}. Adapun penghimpunan hadis secara umum sudah dilakoni oleh ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z yang memerintahkan gubernurnya di Madinah, Ibnu H{azm agar mulai membukukan hadis Nabi. Namun pada masa ini, hadis Nabi belum difilter antara yang lemah dan tidak.
ETIKA ISLAM DALAM PENGHORMATAN JENAZAH
Nur Rikha Maulida;
Athoillah Umar
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 2 No 2 (2024): Desember
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v2i2.276
Ilmu mukhtalif hadis merupakan suatu cabang ilmu hadis yang membahas kontradiksi yang tampak antara berbagai riwayat Nabi Muhammad saw. Salah satu contoh dari hadis mukhtalif yang menarik yaitu hadis tentang etika ketika melihat jenazah yang lewat, di mana terdapat riwayat yang menunjukkan anjuran untuk berdiri, sementara riwayat lain menunjukkan bahwa Rasulullah saw tidak lagi melakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tersebut dengan menggunakan metode al-jam’u, sebuah pendekatan yang berupaya mengharmonisasi riwayat yang tampak bertentangan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif berbasis studi pustaka, di mana sumber data primer berupa hadis mukhtalif terkait etika terhadap jenazah dalam riwayat Bukha>ri nomor 1307 dan Muslim nomor 962, serta data sekunder berupa syarah hadis dan literatur yang relevan dengan pembahasan. Metode al-jam’u diterapkan dalam penelitian hadis mukhtalif ini untuk menemukan titik temu antara riwayat-riwayat tersebut, sehingga dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh dan koheren. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode al-jam’u memungkinkan kedua riwayat tersebut dipahami secara harmonis. Berdiri ketika melihat jenazah yang lewat dapat dipahami sebagai bentuk etika penghormatan yang dianjurkan dalam konteks tertentu, tetapi tidak bersifat wajib. Penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan kajian metodologis hadis, khususnya dalam mengatasi konflik interpretasi yang sering muncul dalam kajian hadis.
ḤADĪTH ZAWĀID DALAM SUNAN IBN MĀJAH
Mohammad Lutfianto
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 1 No 2 (2023): Desember
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penulis memfokuskan penelitian ini terhadap ḥadÄ«th- ḥadÄ«th zawaid yang ada dalam kitab Ibn MÄjah, tentang contoh- contoh ḥadÄ«th- ḥadÄ«th zawaid yang terdapat kitab Ibn MÄjah dan hal-hal yang berkaitan dengan ḥadÄ«th zawaid, seperti kualitas perawi dan kualitas ḥadÄ«th- ḥadÄ«th tersebut. hadÄ«th zawÄid adalah hadÄ«th- ḥadÄ«th yang lebih pada kitab tertentu (hadÄ«th- ḥadÄ«th yang tidak terdapat dalam al- kutub al-khamsah). Jumlah ḥadÄ«th dalam kitab Sunan Ibn Mâjah sebanyak 4.341 hadis. Dari jumlah itu, 3.002 hadis juga diriwayatkan dalam al-kutub al-khamsah, baik seluruh matan maupun sebagiannya. Sisanya, sebanyak 1.339 hadis adalah hadis zawâ’id/ di luar hadis yang terdapat dalam al-kutub al-khamsah. Kualitas perawi dari ḥadÄ«th-ḥadÄ«th zawÄid yang dibahas kebanyakan berstatus á¹£adÅ«q. Namun ada pula yang thÄ«qah, á¸a`if, majhÅ«l bahkan matrÅ«k. Adapun kualitas sanadnya juga beragam ada yang bersanad ḥasan, á¸aif ataupun musalsal.
KONTRIBUSI HASBI ASH-SHIDDIQY DALAM UPAYA KONTEKSTUALISASI SUNNAH DI INDONESIA
shofiatun Nikmah
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 1 No 1 (2023): Juli
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v1i1.107
Ulama Indonesia yang bergerak dalam dinamika pembaharuan Islam di Indonesia pada masa orde baru ialah Hasbi Ash-Shiddiqqy. Seorang sarjanawan muslim yang konsern terhadap permasalahan hukum-hukum Islam. Ia juga memiliki kontribusi bagi pembaharuan penghayatan Alquran dan Sunnah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memahmi secara komprehensif bagaimana Sunnah dalam perspektif Hasby Ash Shiddiqy. Penelitian ini menggunakan Metode kualitatif dengan pendekatan Sosio-Historis untuk mendapatkan Pemahaman yang kommprehensif tentang pandangan Hasbi terhadap Sunnah. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan diantaranya; Hadis dalam perspektif Hasbi ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, meski hanya terjadi satu kali dalam kehidupan Nabi dan hanya diriwayatkan satu orang. Sedangkan, As-Sunnah adalah amaliyah Rasulullah yang dilakukan secara terus-menerus dan diikuti oleh sahabat sehingga mencapai derajat mutawa>tir. Hadis ialah berita yang bersifat teoretis terkait berbagai macam permasalahan, yang memiliki beberapa konsekuensi hukum. Sedangkan sunnah merupakan khabar yang telah menjadi normatif dan prinsip praktis umat muslim yang diamalkan secara mutawatir.
PENDEKATAN HERMENEUTIKA DALAM MEMAHAMI HADIS
Muh. Imam Sanusi Al khanafi;
Muhammad Lutfianto
Musnad : Jurnal Ilmu Hadis Vol 2 No 2 (2024): Desember
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56594/musnad.v2i2.317
Artikel ini berangkat dari kegelisahan peneliti terkait cara pandang memahami hadis yang hanya mengedepankan kualitas sanad. Anehnya, keshahihan sanad sebagi syarat mutlak dalam memahami hadis tanpa memperdulikan konteks turunnya hadis. Pemahaman demikian memang belum cukup jika hanya dipahami secara tekstualis dan dogmatis. Perlunya sebuah pemahaman yang mampu berdialog dengan keadaan dan perkembangan zaman. Hal ini membutuhkan analisis secara dialektis dan komprehensif. Metode Hermeneutika hadir untuk mencari pemahaman secara kontekstualis sesuai dengan situasi dan kondisi era sekarang. Agar hadis mampu menjadi penerang seluruh umat Islam. Untuk membedah Hermeneutika dalam memahami hadis, penulis menggunkan pendekatan deskriptif-analitis. Hasil dari penelitian ini, metode hermeneutika terbagi menjadi tiga dalam memahami hadis. Pertama, interpretasi dari dalam teks. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam memahami hadis adalah mengidentifikasi makna objektif sesuai dengan tujuan asli yang ingin disampaikan oleh penggagas teks hadis. Penggagas teks (Nabi SAW) sangat krusial dalam memahami hadis. Melaluinya, dapat membedakan antara hadis yang bersifat universal dan tetap, serta yang bersifat khusus atau sementara. Kedua, interpretasi di sekitar teks. Interpretasi tidak hanya berfokus pada pemahaman makna teks secara tepat dan objektif, melainkan lebih pada proses tindakan dalam memahami teks tersebut. Jika diterapkan dalam tafsir hadis, melibatkan pihak-pihak seperti mukharrij al-h}adi>s, mufassir al-h}adi>s\, dan rija>l al-h}adi>s\, sebagai pembaca atau penafsir. Ketiga, interpretasi melawan teks. Pendekatan ini tidak terfokus pada teks, tetapi juga pada realitas itu sendiri untuk menggali eksistensi yang memiliki dimensi historis. Dalam pendekatan ini, hadis dipandang sebagai wujud “kuasa” Nabi, yang kemudian diteruskan oleh rij?l al-?ad?? dan para mufassir, untuk membawa perubahan.