Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research)
JILID 10 (1987)

TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR SEBAGAI INDIKATOR SOSIAL EKONOMI

Djumadias Abunain (Unknown)
Abas Basuni Jahari (Unknown)



Article Info

Publish Date
20 Nov 2012

Abstract

Pada tahun 1986, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi (Puslitbang Gizi) bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) melakukan penelitian evaluasi Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah provinsi yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat mencakup semua kecamatan di semua Daerah Tingkat II (kabupaten dan kotamadya). Tiga persen desa di tiap kecamatan dipilih secara acak sebagai sampel desa. Satu sekolah tingkat dasar (termasuk negeri dan swasta) dipilih dari tiap desa yang terletak di daerah kabupaten dan dua sekolah dari desa/kelurahan yang terletak di daerah kota (kotamadya/kota administratif). Sampel sekolah dipilih dari daftar nama-nama sekolah yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1984-1985. Secara keseluruhan penelitian ini meliputi 56 daerah tingkat II, 652 kecamatan dan 3540 sekolah tingkat dasar. Pengukuran tinggi badan anak sekolah dilakukan oleh guru-guru sekolah dengan menggunakan pita pengukur yang terbuat dari "fiber-glass" seperti yang biasa digunakan oleh para penjahit pakaian. Data yang berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi desa (PODES) dikumpulkan oleh petugas tingkat kecamatan dari laporan terakhir monografi desa (Juni, 1986). Formulir pengumpulan data dikirimkan lewat pos dari Puslitbang Gizi ke kecamatan-kecamatan. Selanjutnya, formulir tinggi badan anak sekolah dikirimkan ke masing-masing sekolah oleh kantor pendidikan tingkat kecamatan. Pengolahan data dan analisis dilakukan di Puslitbang Gizi, Bogor. Status gizi anak sekolah diidentifikasi dengan menggunakan indeks tinggi badan dan umur (TB/U) berdasarkan standar tinggi badan yang biasa digunakan di Indonesia. Status gizi anak sekolah digolongkan ke dalam empat kategori mengikuti cara klasifikasi WHO, yaitu kategori I (<85% standar), kategori II (85%-90% standar), kategori III (90%-95% standar) dan kategori IV (>95% standar). Prevalensi gizi kurang (kategori I dan II) digunakan dalam analisis regresi sederhana maupun ganda untuk mempelajari hubungannya dengan keadaan sosial ekonomi penduduk. Sekitar 80% kecamatan dan sekolah yang dijadikan sampel mengisi dan mengirimkan kembali formulir pengumpulan data ke Puslitbang Gizi, Bogor. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara prevalensi gizi kurang dengan beberapa peubah sosial ekonomi penduduk. Peubah-peubah sosial ekonomi yang menunjukkan hubungan bermakna adalah: kepadatan penduduk, persen penduduk berusia 10-54 tahun, persen penduduk berpendidikan SLTP ke atas, persen buruh tani terhadap jumlah penduduk, persen buruh lainnya terhadap jumlah penduduk, rasio buruh tani terhadap petani pemilik, persen sawah tadar hujan terhadap luas wilayah, rasio sawah tadah hujan terhadap sawah irigasi, fasilitas perhubungan dan keadaan perumahan penduduk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah dapat digunakan sebagai indikator keadaan sosial ekonomi penduduk. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional tidak mahal dan strategis untuk dikembangkan ke provinsi-provinsi lain untuk memonitor status gizi sebagai dampak program-program pembangunan.

Copyrights © 1987






Journal Info

Abbrev

pgm

Publisher

Subject

Health Professions Medicine & Pharmacology Nursing Public Health Social Sciences

Description

Focus and Scope Penelitian Gizi dan Makanan is a journal developed to disseminate and discuss the scientific literature and other research on the development of health in the field of food and nutrition. This journal is intended as a medium for communication among stake holders on health research ...