Identifikasi stunting yang tidak akurat dapat menyebabkan kesalahan dalam menilai status gizi anak dan berdampak pada ketepatan intervensi yang diberikan. Ketidaktepatan ini sering kali disebabkan oleh penggunaan alat ukur yang tidak sesuai atau tidak dilakukannya pengukuran antropometri sesuai prosedur standar. Di Desa Rukti Endah, ditemukan bahwa sebagian besar kader posyandu belum memiliki keterampilan yang memadai dalam melakukan pengukuran antropometri pada balita. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kader dalam mendeteksi stunting dan memahami konsep serta praktik pemantauan pertumbuhan balita. Metode yang digunakan meliputi pelatihan teori dan pendampingan praktik lapangan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pelatihan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader secara signifikan. Rata-rata nilai pengetahuan kader meningkat dari 17,28 (SD=1,86) sebelum pelatihan menjadi 24,16 (SD=2,05) setelah pelatihan, dengan rata-rata peningkatan skor sebesar 6,88 poin. Keterampilan dalam pengukuran panjang badan meningkat dari rata-rata skor 6,08 (SD=0,76) menjadi 8,84 (SD=0,62), sedangkan pengukuran tinggi badan meningkat dari 5,84 (SD=0,62) menjadi 7,92 (SD=0,66). Uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelatihan pada aspek pengetahuan dan keterampilan, dengan nilai p-value 0,000 (p<0,05). Kesimpulannya, pelatihan dan pendampingan terbukti efektif dalam meningkatkan kapasitas kader posyandu dalam mendeteksi stunting dan melakukan pengukuran antropometri secara benar. Pendampingan lanjutan oleh tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk mendukung keberlanjutan pemantauan pertumbuhan balita dan identifikasi dini masalah gizi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025