Artikel ini membahas pentingnya historiografi alternatif dalam pembelajaran sejarah di Indonesia, dengan fokus pada kritik terhadap narasi dominan yang cenderung mengabaikan sejarah lokal dan kelompok terpinggirkan. Menggunakan pandangan Bambang Purwanto yang mengkritik historiografi Indonesiasentris dan pemikiran Peter Lee tentang literasi sejarah dan historical empathy, artikel ini menawarkan pendekatan yang lebih inklusif. Tujuan artikel ini adalah memperkenalkan historiografi alternatif yang memberikan ruang bagi sejarah lokal dan kelompok terpinggirkan, serta menciptakan penulisan sejarah yang lebih adil dan kritis. Dengan metode studi pustaka, artikel ini menganalisis dan mensintesis kritik terhadap historiografi tradisional serta menawarkan solusi dalam bentuk literasi sejarah yang lebih kritis dan inklusif. Pembahasan historiografi tradisional di Indonesia sering terjebak pada narasi dominan yang mengabaikan kompleksitas masyarakat, dengan fokus pada pandangan elit dan mengabaikan peran masyarakat lokal serta rakyat biasa. Bambang Purwanto mengkritik hal ini, sementara Peter Lee menawarkan pendekatan literasi sejarah yang inklusif melalui konsep historical empathy, yang mendorong pemahaman terhadap pengalaman kelompok terpinggirkan. Kesimpulan bahwa pendekatan ini memungkinkan siswa untuk menghargai berbagai perspektif sejarah dan pengalaman yang membentuk bangsa, menjadikan literasi sejarah dan historiografi alternatif alat efektif dalam pendidikan untuk menciptakan kesadaran sosial yang lebih baik.
Copyrights © 2025