Lingkungan lahan basah erat kaitanya dengan sanitasi lingkungan. Lingkungan lahan basah dapat mengalami berbagai penyakit seperti diare, kurangnya asupan nutrisi yang baik bagi anak, dan kurangnya energi kronik bagi remaja putri dan ibu hamil, serta terhambatnya pertumbuhan pada balita merupakan akibat dari sanitasi yang tidak layak. Penyakit tersebut akan berpengaruh di kemudian hari pada anak yang akan dilahirkan seperti anak mengalami stunting. Indonesia menempati urutan ke-108 dari 132 negara untuk kejadian stunting pada tahun 2018. Hasil SSGI tahun 2022, prevalensi kejadian stunting di Indonesia sebesar 21,6%. Sarana air minum dan sanitasi layak berpengaruh dalam peningkatan stunting di Indonesia. Stunting merupakan kendala utama dalam bidang kesehatan yang dialami oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Stunting menggambarkan suatu keadaan ketidakmampuan dalam berkembang pada anak-anak di bawah umur lima tahun karena gangguan kesehatan yang berkelanjutan, yaitu kurangnya gizi kritis khususnya pada 1000 hari pertama. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis Determinan kejadian Stunting di Lahan Basah. Penulisan artikel ini menggunakan systematic literature review. Artikel yang disertakan terbatas pada artikel yang diterbitkan pada tahun 2017-2023. Penelitian didapatkan 6 artikel untuk dianalisis. Faktor risiko stunting dapat dipengaruhi oleh ketersediaan air bersih, pembuangan tinja dan pengelolaan sampah. Diharapkan pemerintah dapat menyediakan sarana prasarana seperti tempat penampungan sampah, pembuatan jamban umum, serta pembuatan sumur sebagai sumber air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat di pemukiman lahan basah. Masyarakat diharapkan untuk memperhatikan pola asuh dan higine personal terutama yang memiliki bayi dan atau balita.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025