Artikel ini mengeksplorasi evolusi pemikiran feminisme dari Raden Ajeng Kartini hingga feminisme postmodern, menyoroti bagaimana kedua pendekatan ini berkontribusi pada perjuangan hak-hak perempuan. Kartini, sebagai pelopor emansipasi perempuan di Indonesia, menekankan pentingnya pendidikan dan pemberdayaan ekonomi sebagai jalan menuju kebebasan dan kesetaraan gender. Sementara itu, feminisme postmodern, yang diwakili oleh tokoh-tokoh seperti Judith Butler, memperkenalkan konsep dekonstruksi dan pluralitas identitas, menantang metanarasi dan memperluas pemahaman tentang kompleksitas pengalaman perempuan. Artikel ini membandingkan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip pemikiran Kartini dengan inovasi dari feminisme postmodern, serta mengkaji implikasinya bagi gerakan feminisme masa kini. Hasil analisis menunjukkan bahwa menggabungkan pendekatan praktis Kartini dengan wawasan teoretis postmodernisme dapat menciptakan gerakan feminisme yang lebih inklusif, relevan, dan efektif dalam menghadapi tantangan kontemporer.
Copyrights © 2025