Unintended pregnancy can result in anxiety. The risk of anxiety is increased if there is a bad obstetric history. Furthermore, severe anxiety may put the mother at risk of terminating the pregnancy. A 38-year-old female presented to the Obstetrics Clinic planning to discontinue her pregnancy. This pregnancy was unwanted because the patient was traumatized by the bad history of previous pregnancies, and the patient was anxious about her future condition, especially since she was suffering from heart disease. The patient was referred to psychiatry and diagnosed with generalized anxiety disorder. She was treated with pharmacological as well as non-pharmacological therapies, and agreed to keep the pregnancy. A history of loss in a previous pregnancy has a significant impact on a woman's psychology, resulting in continued worry about their ability to carry the pregnancy to term. Generalized anxiety disorder is characterized by excessive worry that is difficult to control. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) are safe medications for anxiety disorders in pregnancy. In addition, cognitive behavioral therapy is proven to be a first-line non-pharmacotherapy for anxiety disorders. Generalized anxiety disorders can occur in anyone including women with unintended pregnancy who also have a poor obstetric history. Anxiety disorders in pregnant women can be treated with pharmacotherapy and non-pharmacotherapy. ABSTRAKKehamilan tidak diinginkan dapat berdampak pada kecemasan. Risiko kecemasan pun meningkat jika ada riwayat obstetri buruk. Lebih lanjut, kecemasan yang parah dapat memunculkan risiko ibu memutuskan mengakhiri kehamilannya. Perempuan, 38 tahun, datang ke Poli Obstetri karena berencana tidak melanjutkan kehamilannya. Kehamilan ini tidak diinginkan karena pasien trauma akan riwayat buruk kehamilan-kehamilan sebelumnya, dan pasien cemas akan kondisinya nanti, apalagi sedang menderita sakit jantung. Pasien dikonsulkan ke psikiatri dan didiagnosis dengan gangguan cemas menyeluruh. Pasien diberi terapi farmakologis serta nonfarmakologis, termasuk terapi kognitif perilaku, dan kemudian pasien bersedia untuk mempertahankan kehamilannya. Riwayat kehilangan pada kehamilan sebelumnya berdampak signifikan pada psikologis wanita, sehingga akan terus mengkhawatirkan kemampuan mereka membawa kehamilan ke persalinan. Gangguan cemas menyeluruh ditandai dengan kekhawatiran berlebihan yang sulit dikendalikan. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan obat untuk gangguan kecemasan yang aman pada kehamilan. Selain itu, terapi kognitif perilaku terbukti sebagai nonfarmakoterapi lini pertama untuk gangguan kecemasan. Gangguan cemas menyeluruh dapat terjadi pada siapa saja termasuk pada wanita dengan kehamilan tidak diinginkan yang juga memiliki riwayat obstetri buruk. Gangguan cemas pada ibu hamil dapat ditangani dengan pemberian farmakoterapi dan nonfarmakoterapi.
Copyrights © 2025