Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ASSOCIATION BETWEENTHESYMPTOMS OF BEHAVIOR CHANGES IN PEOPLE WITH DEMENTIA (ODD) AND STRESS LEVELS IN CAREGIVERS Diniari, Ni Ketut Sri; Kusuma Wardani, Ida Aju; Suwandi, Nyoman Defriyana; Winarso, Ervinna Agatha; Marianto, Marianto
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 2 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i02.P07

Abstract

Demensia adalah gangguan kognitif yang disertai adanya perubahan mental dan perilaku, yang dapat menyebabkan stres pada caregiver terutama keluarga. Stres pada caregiver akan memengaruhi perawatan orang dengan demensia (ODD), dan kesejahteraan caregiver dan lansia akan semakin menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gejala perubahan perilaku pada ODD dengan tingkat stres pada caregiver. Penelitian ini observasional analitik dengan rancangan potong-lintang (cross-sectional) menggunakan uji alternatif linear-by-linear association. Gejala perubahan perilaku diukur menggunakan Neuro-Psychiatric Inventory (NPI), sedangkan tingkat stres pada caregiver diukur dengan Perceived Stress Scale (PSS). Sebanyak 50 orang caregiver yang diikutsertakan dalam penelitian ini, terbanyak berasal dari kelompok usia 41 – 50 tahun (28%); didominasi oleh perempuan (66%); terbanyak merupakan pasangan dan anak (46%). Pekerjaan terbanyak sebagai wiraswasta (20%); dengan penghasilan diatas Upah Minimum Regional (UMR) (Rp. 2.700.000) sebanyak 64%, dan sepertiganya (30%) ODD tanpa komorbiditas penyakit. Terdapat hubungan bermakna antara gejala perubahan perilaku pada ODD dengan tingkat stres caregiver. Stres pada caregiver dalam merawat ODD perlu mendapat perhatian agar ODD dan care giver sama-sama mencapai well-being dalam mejalani akivitas kehidupan sehari-hari.
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DAN RIWAYAT OBSTETRI BURUK: LAPORAN KASUS Winarso, Ervinna Agatha; Darmayasa, I Made; Diniari, Ni Ketut Sri
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v5i1.5118

Abstract

Unintended pregnancy can result in anxiety. The risk of anxiety is increased if there is a bad obstetric history. Furthermore, severe anxiety may put the mother at risk of terminating the pregnancy. A 38-year-old female presented to the Obstetrics Clinic planning to discontinue her pregnancy. This pregnancy was unwanted because the patient was traumatized by the bad history of previous pregnancies, and the patient was anxious about her future condition, especially since she was suffering from heart disease. The patient was referred to psychiatry and diagnosed with generalized anxiety disorder. She was treated with pharmacological as well as non-pharmacological therapies, and agreed to keep the pregnancy. A history of loss in a previous pregnancy has a significant impact on a woman's psychology, resulting in continued worry about their ability to carry the pregnancy to term. Generalized anxiety disorder is characterized by excessive worry that is difficult to control. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) are safe medications for anxiety disorders in pregnancy. In addition, cognitive behavioral therapy is proven to be a first-line non-pharmacotherapy for anxiety disorders. Generalized anxiety disorders can occur in anyone including women with unintended pregnancy who also have a poor obstetric history. Anxiety disorders in pregnant women can be treated with pharmacotherapy and non-pharmacotherapy. ABSTRAKKehamilan tidak diinginkan dapat berdampak pada kecemasan. Risiko kecemasan pun meningkat jika ada riwayat obstetri buruk. Lebih lanjut, kecemasan yang parah dapat memunculkan risiko ibu memutuskan mengakhiri kehamilannya. Perempuan, 38 tahun, datang ke Poli Obstetri karena berencana tidak melanjutkan kehamilannya. Kehamilan ini tidak diinginkan karena pasien trauma akan riwayat buruk kehamilan-kehamilan sebelumnya, dan pasien cemas akan kondisinya nanti, apalagi sedang menderita sakit jantung. Pasien dikonsulkan ke psikiatri dan didiagnosis dengan gangguan cemas menyeluruh. Pasien diberi terapi farmakologis serta nonfarmakologis, termasuk terapi kognitif perilaku, dan kemudian pasien bersedia untuk mempertahankan kehamilannya. Riwayat kehilangan pada kehamilan sebelumnya berdampak signifikan pada psikologis wanita, sehingga akan terus mengkhawatirkan kemampuan mereka membawa kehamilan ke persalinan. Gangguan cemas menyeluruh ditandai dengan kekhawatiran berlebihan yang sulit dikendalikan. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan obat untuk gangguan kecemasan yang aman pada kehamilan. Selain itu, terapi kognitif perilaku terbukti sebagai nonfarmakoterapi lini pertama untuk gangguan kecemasan. Gangguan cemas menyeluruh dapat terjadi pada siapa saja termasuk pada wanita dengan kehamilan tidak diinginkan yang juga memiliki riwayat obstetri buruk. Gangguan cemas pada ibu hamil dapat ditangani dengan pemberian farmakoterapi dan nonfarmakoterapi.