Abstract. The church is often faced with a dilemma, especially when there is a clash between Christian Religious Education (PAK) and local culture. Christians often assume that the only true Christian tradition is the Christian tradition from the West. To bridge this tension, the Sanggit technique can be implemented in PAK through wayang kulit performances. This study uses a cross-cultural approach by encountering the story of Ghatotkacabadhaparwa in wayang kulit performances with the figure of Jesus Christ, the central figure of Christians. The result of this study indicates that the sanggit technique can help Javanese Christians find their identity, harmonize Christian faith with Javanese culture, and create a young generation with broad insights.Abstrak. Gereja sering diperhadapkan pada situasi dilematis, khususnya saat terjadi benturan antara Pendidikan Agama Kristen (PAK) dengan budaya lokal. Umat Kristen tidak jarang beranggapan bahwa satu-satunya tradisi Kristen yang sejati hanyalah tradisi Kristen dari Barat. Untuk menjembatani ketegangan tersebut, teknik Sanggit dapat diimplementasikan dalam PAK melalui pementasan wayang kulit. Penelitian ini menggunakan pendekatan lintas budaya dengan memperjumpakan cerita Ghatotkacabadhaparwa dalam pementasan wayang kulit dengan tokoh Yesus Kristus, figur sentral umat Kristen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik sanggit dapat membantu umat Kristen Jawa dalam menemukan jati dirinya, mengharmonisasikan iman Kristen dengan kebudayaan Jawa, dan mencetak generasi muda yang berwawasan luas.
Copyrights © 2025