Jurnal Budaya Etnika
Vol. 9 No. 1 (2025): NASIONALISME GLOBALISASI E-SPORT GAMERS: RESIPROSITAS JEJARING KESENIAN DAN KEP

TARI THENGUL DI BOJONEGORO: EKSISTENSINYA DI SEKOLAH-SEKOLAH

Fernanda, Diah Ayu (Unknown)
Widowati, Titis (Unknown)



Article Info

Publish Date
30 Jun 2025

Abstract

Abstrak: Bojonegoro memiliki berbagai macam kebudayaan yang menjadi kebanggaan untuk daerah penghasil migas yang tergolong besar. Pada masa sekarang kebudayaan dan kesenian mengalami penurunan peminat dan menyebabkan kepunahan seperti halnya pada Tari Thengul, Tari Thengul dihidupkan kembali dengan menyesuaikan perkembangan zaman. Terciptanya Tari Thengul berawal dari keberadaan Wayang Thengul yang hampir punah, sehingga Joko Santoso dan Ibnu Sutowo seniman di Bojonegoro memiliki insiatif untuk tetap menjaga kesenian Wayang tersebut dengan cara mengangkat kembali unsur-unsur yang ada pada Wayang Thengul menjadi sebuah tarian. Tari Thengul juga dijadikan sebagai sarana belajar untuk kegiatan ekstrakurikuler Tari di sekolah hal ini dilakukan sebagai bentuk pengenalan kearifan budaya lokal dan nilai-nilai budaya local. Selain untuk kegiatan ekstrakurikuler Tari Thengul juga menjadi bagian dari pementasan yang diselenggarakan pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan dijadikan ikon Bojonegoro sebagai tarian penyambutan tamu di Kabupaten Bojonegoro. Meskipun Tari Thengul dihadapkan dengan perkembangan globalisasi, Tari Thengul tetap menjadi bagian dari budaya dan menjadi ikon Bojonegoro dan Jawa Timur pada umumnya. Hal ini menunjukan bahwa tarian ini masih eksis dan sangat dihargai dengan baik di tingkat daerah ataupun di tingkat nasional. Tarian ini memiliki nilai-nilai budaya dan kearifan local melalui unsur gerakan dan melalui kostum yang khas, tarian ini menggambarkan keunikan budaya setempat dan sikap menghormati warisan leluhur. Kata kunci: Eksistensi, Tari Thengul, Seniman   Abstract: Bojonegoro has a variety of cultures that are a source of pride for the region, especially in the field of traditional arts and culture. However, in recent times, there has been a decline in interest in cultural and artistic activities, leading to the extinction of certain cultural practices like the Thengul Dance. To revive the Thengul Dance, adjustments have been made to adapt to the modern era. The creation of the Thengul Dance originated from the endangered Wayang Thengul tradition. Artists in Bojonegoro, such as Joko Santoso and Ibnu Sutowo, took the initiative to preserve the Wayang art form by transforming its elements into a dance performance. The Thengul Dance is not only used as a learning tool for extracurricular dance activities in schools but also serves as a means to introduce local cultural wisdom and values. Apart from being part of extracurricular activities, the Thengul Dance is featured in government-organized performances in Bojonegoro and is considered an iconic welcoming dance for visitors to the region. Despite the challenges posed by globalization, the Thengul Dance remains an integral part of the local culture and a symbol of Bojonegoro and East Java as a whole. This demonstrates the enduring significance and appreciation of this dance at both the regional and national levels. The dance embodies cultural values and local wisdom through its unique movements and distinctive costumes, portraying the local cultural heritage and a deep respect for ancestral traditions. Keywords: Existence, Thengul Dance, Artist

Copyrights © 2025






Journal Info

Abbrev

etnika

Publisher

Subject

Religion Arts Humanities Social Sciences Other

Description

Jurnal Budaya Etnika merupakan publikasi hasil karya ilmiah yang berkaitan dengan budaya mencakup cipta, karsa, dan karya manusia. Jurnal Budaya Etnika menaruh perhatian pada artikel-artikel hasil kajian mengenai berbagai kebudayaan etnis yang berhubungan dengan seni, religi dan ritual, mitos, ...