Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISA YURIDIS TERHADAP KEPUTUSAN DPR DALAM PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN HAKIM KONSTITUSI Fernanda, Diah Ayu; Huroiroh, Ernawati
JURNAL LAWNESIA (Jurnal Hukum Negara Indonesia) Vol. 2 No. 1 (2023): Jurnal Lawnesia
Publisher : Faculty of Law Universitas Bakti Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemberhentian Hakim Konstitusi yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat(DPR) menjadi polemik di tengah-tengah penggiat hukum dan juga masyarakat.Keputusan tersebut hasil dari rapat paripurna DPR RI pada Kamis, 29 September2022. Keputusan yang ditetapkan oleh DPR ini menjadi polemik dan dinilaibertentangan dengan Undang-Undang, tidak sesuai dengan prosedur, dan tergolongtindakan sewenang-wenangan. Tujuan artikel ini untuk menunjukkan danmemetakan letak kontradiksi DPR dengan Undang-Undang yang berlaku. Penelitianini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif dengan pendekatanperundang-undangan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kontradiksi tindakanDPR dalam pemberhentian hakim Aswanto dan penggantian hakim konstitusimenjadi Guntur Hamzah. Salah satunya dalam tindakan DPR yang mengkonfrontirUU Nomor 7 Tahun 2020 Pasal 23 ayat (4) tentang Mahkamah Konstitusi. Pada Pasaltersebut menyatakan mekanisme pemberhentian hakim Konstitusi ditetapkan olehKeppres (Keputusan Presiden) atas permintaan ketua Mahkamah Konstitusi. Upayapencopotan Aswanto sebagai hakim konstitusi oleh DPR merupakan upaya untukmenghambat fungsi, karena bertentangan dengan hukum yang berlaku. Haldemikian apabila dibiarkan dan tidak ditanggapi dengan serius tentunya akan adapendegradasian independensi pada Mahkamah Konstitusi yang mengancam esensidan hakikat dari keberadaan hakim sejatinya bebas dan lepas tanpa ada campurtangan dari cabang-cabang kekuasaan lain.
TARI THENGUL DI BOJONEGORO: EKSISTENSINYA DI SEKOLAH-SEKOLAH Fernanda, Diah Ayu; Widowati, Titis
Jurnal Budaya Etnika Vol. 9 No. 1 (2025): NASIONALISME GLOBALISASI E-SPORT GAMERS: RESIPROSITAS JEJARING KESENIAN DAN KEP
Publisher : Institute of Indonesia Arts and Culture (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jbe.v9i1.3462

Abstract

Abstrak: Bojonegoro memiliki berbagai macam kebudayaan yang menjadi kebanggaan untuk daerah penghasil migas yang tergolong besar. Pada masa sekarang kebudayaan dan kesenian mengalami penurunan peminat dan menyebabkan kepunahan seperti halnya pada Tari Thengul, Tari Thengul dihidupkan kembali dengan menyesuaikan perkembangan zaman. Terciptanya Tari Thengul berawal dari keberadaan Wayang Thengul yang hampir punah, sehingga Joko Santoso dan Ibnu Sutowo seniman di Bojonegoro memiliki insiatif untuk tetap menjaga kesenian Wayang tersebut dengan cara mengangkat kembali unsur-unsur yang ada pada Wayang Thengul menjadi sebuah tarian. Tari Thengul juga dijadikan sebagai sarana belajar untuk kegiatan ekstrakurikuler Tari di sekolah hal ini dilakukan sebagai bentuk pengenalan kearifan budaya lokal dan nilai-nilai budaya local. Selain untuk kegiatan ekstrakurikuler Tari Thengul juga menjadi bagian dari pementasan yang diselenggarakan pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan dijadikan ikon Bojonegoro sebagai tarian penyambutan tamu di Kabupaten Bojonegoro. Meskipun Tari Thengul dihadapkan dengan perkembangan globalisasi, Tari Thengul tetap menjadi bagian dari budaya dan menjadi ikon Bojonegoro dan Jawa Timur pada umumnya. Hal ini menunjukan bahwa tarian ini masih eksis dan sangat dihargai dengan baik di tingkat daerah ataupun di tingkat nasional. Tarian ini memiliki nilai-nilai budaya dan kearifan local melalui unsur gerakan dan melalui kostum yang khas, tarian ini menggambarkan keunikan budaya setempat dan sikap menghormati warisan leluhur. Kata kunci: Eksistensi, Tari Thengul, Seniman   Abstract: Bojonegoro has a variety of cultures that are a source of pride for the region, especially in the field of traditional arts and culture. However, in recent times, there has been a decline in interest in cultural and artistic activities, leading to the extinction of certain cultural practices like the Thengul Dance. To revive the Thengul Dance, adjustments have been made to adapt to the modern era. The creation of the Thengul Dance originated from the endangered Wayang Thengul tradition. Artists in Bojonegoro, such as Joko Santoso and Ibnu Sutowo, took the initiative to preserve the Wayang art form by transforming its elements into a dance performance. The Thengul Dance is not only used as a learning tool for extracurricular dance activities in schools but also serves as a means to introduce local cultural wisdom and values. Apart from being part of extracurricular activities, the Thengul Dance is featured in government-organized performances in Bojonegoro and is considered an iconic welcoming dance for visitors to the region. Despite the challenges posed by globalization, the Thengul Dance remains an integral part of the local culture and a symbol of Bojonegoro and East Java as a whole. This demonstrates the enduring significance and appreciation of this dance at both the regional and national levels. The dance embodies cultural values and local wisdom through its unique movements and distinctive costumes, portraying the local cultural heritage and a deep respect for ancestral traditions. Keywords: Existence, Thengul Dance, Artist
The Effectiveness of Constitutional Supervision Judges by the Constitutional Court Honorary Council : (Study of the Constitutional Court Honorary Council Decision Number 2/MKMK/L/11/2023) Fernanda, Diah Ayu; Jabbar, Achmad Arbi' Nur Badrotin; Rachmaddany, Saifullah Yudha Noorman; Maghfiroh, Ajeng Ayu
Reformasi Hukum Vol 28 No 1 (2024): April Edition
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46257/jrh.v28i1.899

Abstract

After the Judicial Commission is no longer an institution that carries out the function of supervising the behavior of constitutional judges, and the existence of the Constitutional Court Ethics Council in 2020 was abolished. The supervisory institution of the Constitutional Court is currently only held by the MKMK, which is only on an ad hoc or temporary basis. This research will examine the effectiveness of the MKMK's role in supervising constitutional judges. The method used in this research is normative juridical. The results of this research provide an illustration that constitutional judges need to have a supervisory institution, this of course starts from the freedom that judges have so that it is not misused. This research succeeded in showing that the MKMK decision Number 2/MKMK/L/11/2023, which states that the Chief Justice of the Constitutional Court is proven to have committed a serious violation of the provisions of ethics and behaviour of constitutional judges, then given the sanction of removal as chairman of the Constitutional Court, without being accompanied by dismissal as a constitutional judge, raises issues regarding the absence of legal certainty and clarity of the supervisory institution of the behaviour of constitutional judges as well as the effectiveness of MKMK in carrying out its supervisory duties.