Ambon dikenal sebagai kota dengan kekayaan budaya dan keberagaman etnis serta agama yang hidup berdampingan secara historis. Namun, harmoni tersebut pernah runtuh akibat konflik sosial yang terjadi pada tahun 1999–2002, meninggalkan luka mendalam secara fisik, sosial, dan psikologis. Sejak itu, berbagai upaya pemulihan telah dilakukan melalui rekonsiliasi berbasis budaya lokal seperti Pela Gandong, serta kerja sama lintas agama. Meski demikian, ketegangan sosial masih sesekali muncul, menunjukkan bahwa perdamaian belum sepenuhnya kokoh. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana masyarakat Ambon memaknai pengalaman konflik masa lalu dan membangun harapan terhadap masa depan yang harmonis. Dengan pendekatan kualitatif, data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap masyarakat dari berbagai latar belakang. Hasil penelitian menunjukkan adanya dinamika persepsi yang mencerminkan perasaan trauma, harapan, dan komitmen terhadap perdamaian. Faktor-faktor seperti pengalaman konflik, pendidikan, kondisi sosial-ekonomi, dan peran agama memengaruhi cara masyarakat menilai harmoni saat ini. Temuan ini menunjukkan bahwa pembangunan perdamaian pascakonflik perlu mempertimbangkan persepsi dan kebutuhan riil masyarakat di tingkat akar rumput.
Copyrights © 2025