Lamun memiliki fungsi ekologis penting sebagai penyerap karbon dioksida (CO2), yang dikategorikan sebagai bagian dari blue carbon atau karbon biru. Gas CO2 tersebut diserap oleh tumbuhan lamun dan dikonversi menjadi biomassa melalui proses fotosintesis. Estimasi cadangan karbon dalam biomassa lamun dapat dihitung melalui pendekatan kuantitatif yang melibatkan hubungan antara kerapatan tumbuhan, total biomassa, dan konsentrasi karbon dalam jaringan vegetatifnya. Penelitian ini dilakukan pada ekosistem lamun yang berada di wilayah perairan Desa Kahyapu dan Desa Kaana, Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling dengan teknik transek kuadrat berukuran 1 m × 1 m, sedangkan analisis kandungan karbon dilakukan berdasarkan metode Walkey dan Black (1934). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besaran cadangan karbon yang tersimpan pada biomassa lamun, baik pada komponen di atas substrat (daun) maupun di bawah substrat (akar dan rimpang). Hasil penelitian mengidentifikasi tiga spesies lamun, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea spp. Di antara ketiganya, Enhalus acoroides menunjukkan nilai cadangan karbon tertinggi dengan rata-rata 50,75 g C/m2, diikuti oleh Thalassia hemprichii dengan rata-rata 17,53 g C/m2, dan Cymodocea spp. dengan rata-rata 2,99 g C/m2.
Copyrights © 2025