DKI Jakarta, as the center of Indonesia's economic and governmental activities, faces serious challenges related to significant land subsidence. High population density, rapid industrial growth, and increasing groundwater demand have triggered overexploitation of groundwater. This phenomenon, known as groundwater extraction, is a major factor causing alarming land subsidence in Central Jakarta. This study analyzes land subsidence and groundwater level data in Central Jakarta over the period 2010-2022, focusing on the impact of groundwater exploitation. The analysis methods include spatial analysis, statistical analysis, and literature review to identify the relationship between groundwater exploitation and land subsidence. The results show that land subsidence in Central Jakarta ranges from 2-15 cm per year, with an increasing trend. Areas with the highest groundwater exploitation showed the most significant subsidence rates. The study also identified other factors that contribute to land subsidence, such as natural consolidation of alluvium and construction loads. The implications of these findings highlight the need for sustainable groundwater management and strict groundwater exploitation control policies to prevent more severe impacts in the future. Abstrak DKI Jakarta, sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan Indonesia, menghadapi tantangan serius terkait penurunan muka tanah yang signifikan. Kepadatan penduduk yang tinggi, pertumbuhan industri yang pesat, dan kebutuhan air tanah yang meningkat telah memicu eksploitasi air tanah secara berlebihan. Fenomena ini, yang dikenal sebagai groundwater extraction, menjadi faktor utama penyebab penurunan muka tanah yang mengkhawatirkan di Jakarta Pusat. Studi ini menganalisis data penurunan muka tanah dan muka air tanah di Jakarta Pusat selama periode 2010-2022, dengan fokus pada dampak eksploitasi air tanah. Metode analisis meliputi analisis spasial, analisis statistik, dan tinjauan literatur untuk mengidentifikasi hubungan antara eksploitasi air tanah dan penurunan muka tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan muka tanah di Jakarta Pusat berkisar antara 2-15 cm per tahun, dengan tren yang terus meningkat. Wilayah dengan eksploitasi air tanah tertinggi menunjukkan tingkat penurunan muka tanah yang paling signifikan. Studi ini juga mengidentifikasi faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan muka tanah, seperti konsolidasi alami tanah aluvium dan beban konstruksi. Implikasi dari temuan ini menyoroti perlunya pengelolaan air tanah yang berkelanjutan dan kebijakan pengendalian eksploitasi air tanah yang ketat untuk mencegah dampak yang lebih parah di masa depan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025