Reformasi 1998 menandai perubahan besar dalam sistem politik dan pendidikan di Indonesia, termasuk terbukanya ruang partisipasi politik bagi generasi muda. Namun, tingkat partisipasi politik pemuda masih tergolong rendah, sebagaimana ditunjukkan oleh data BPS (2022) yang mencatat hanya 33,4% pemuda aktif dalam diskusi politik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran Kurikulum Merdeka dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik generasi muda pasca-reformasi. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan menganalisis 4 dokumen kurikulum resmi, 10 jurnal akademik, dan 6 regulasi pendidikan nasional. Hasil kajian menunjukkan bahwa kurikulum merdeka, melalui penguatan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dan pendekatan pembelajaran berbasis proyek, memberikan peluang besar untuk menanamkan nilai demokrasi, berpikir kritis, dan partisipasi sosial-politik sejak dini. Temuan ini diperkuat oleh teori pendidikan kritis Paulo Freire, yang menempatkan peserta didik sebagai agen perubahan sosial. Meskipun demikian, tantangan implementasi tetap ada, seperti keterbatasan pelatihan guru, budaya sekolah yang belum demokratis, dan rendahnya literasi politik digital.Optimalisasi kurikulum merdeka memerlukan dukungan kebijakan, penguatan kapasitas pendidik, dan lingkungan belajar yang partisipatif untuk mendorong keterlibatan politik generasi muda secara aktif dan bertanggung jawab.
Copyrights © 2025