This study aims to analyse Ganjar Pranowo's populist strategy on Instagram through the use of the slogan “Tuanku rakyat, jabatan cuma mandat” (“The people are my master, office is merely a mandate”) as a form of symbolic and strategic political visual communication. In the digital era, social media has become a strategic space for politicians to construct public image, disseminate narratives, and build emotional closeness with the public. This study employs a descriptive qualitative approach with a non-participant digital observation method on the Instagram account @ganjar_pranowo from November 2023 to April 2024. Data were collected from visual posts, digital interactions, and relevant literature. The data analysis follows the model of Miles, Huberman, and Saldana, involving data condensation, display, and conclusion drawing. The findings reveal that Ganjar consistently constructs a populist image by emphasising simplicity, closeness to the people, and the use of local symbols and language. The slogan is not only textual but also embodied through grounded lifestyle and political performance. Drawing on Berger and Luckmann’s theory of social construction, the study concludes that digital populism can be effectively materialised through simple yet meaningful visual symbols that shape political reality and strengthen the bond between leader and people. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi populisme Ganjar Pranowo di Instagram melalui slogan “Tuanku rakyat, jabatan cuma mandat” sebagai bentuk komunikasi politik visual yang simbolik dan terencana. Media sosial di era digital menjadi ruang strategis bagi politisi untuk membentuk citra, menyebarkan narasi, dan membangun kedekatan emosional dengan publik. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode observasi digital non-partisipatif terhadap akun Instagram @ganjar_pranowo pada periode November 2023 hingga April 2024. Data dikumpulkan dari dokumentasi unggahan visual, interaksi digital, dan studi pustaka. Analisis data mengacu pada model Miles, Huberman, dan Saldana melalui tahap kondensasi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Temuan menunjukkan bahwa Ganjar secara konsisten membangun citra populis dengan menekankan kesederhanaan, kedekatan dengan rakyat, serta penggunaan simbol dan bahasa lokal. Slogan tersebut bukan hanya teks, melainkan direpresentasikan lewat gaya hidup dan performa politik yang membumi. Dengan mengacu pada teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann, penelitian ini menyimpulkan bahwa populisme digital dimaterialisasi secara efektif melalui simbol visual sederhana yang mampu membentuk realitas politik dan memperkuat kedekatan antara pemimpin dan rakyat.
Copyrights © 2025