Ornamen Rumoh Aceh merupakan peninggalan budaya dari nenek moyang suku Aceh yang masih dapat dinikmati hingga kini. Bentuk ornamen yang diterapkan, seperti motif tumbuhan, hewan, dan kaligrafi, merupakan representasi dari elemen alam yang ditemukan di daerah Pidie, serta berfungsi sebagai penanda identitas kultural masyarakat. Salah satu objek penting yang dikaji adalah Rumoh Aceh Raja Husein, rumah tradisional yang dibangun pada masa kolonial Belanda dan memiliki keunikan dalam desain ruang serta kekayaan ornamen. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami makna simbolis ornamen-ornamen tersebut guna memperkaya pemahaman tentang sejarah, budaya, dan identitas masyarakat Aceh Pidie. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis. Data diperoleh melalui studi pustaka, observasi, dokumentasi visual, dan wawancara. Teori bentuk dari Dharsono digunakan sebagai landasan teoretis, yang memaknai seni sebagai tontonan dan tuntunan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa tiap ornamen mengandung makna filosofis dan spiritual. Motif Bungong Mawo melambangkan cinta dan keindahan; Pucuk Reubung sebagai simbol harapan dan pertumbuhan; Sulur menggambarkan keterikatan dengan alam dan prinsip hidup yang berkelanjutan. Kaligrafi lafadz Allah dan Muhammad menegaskan nilai religius dalam rumah ini. Motif Awan Meucanek menyimbolkan perlindungan dan ketenangan; Bungong Seulanga melambangkan keanggunan dan kelembutan; sedangkan Puta Taloe bermakna dua kalimat syahadat sebagai dasar iman. Temuan juga memperlihatkan bahwa keberagaman dan jumlah ornamen menjadi penanda status sosial, semakin banyak dan kompleks ornamen yang digunakan, semakin tinggi kedudukan pemilik rumah. Ornamen pada rumah ini tidak hanya merefleksikan keindahan estetis, tetapi juga menjadi cerminan nilai-nilai lokal seperti kehormatan, ketahanan, spiritualitas, serta hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. Penelitian ini memperkuat pemahaman bahwa ornamen tradisional Aceh adalah ekspresi dari pengetahuan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Temuan ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam pelestarian warisan budaya visual Aceh.
Copyrights © 2025