Colletotrichum gleoeosproioides merupakan penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai dan Phytophthora palmivora penyebab busuk buah pada tanaman coklat. Keduanya merupakan patogen penyebab menurunnya produksi tanaman secara kualitas maupun kuantitas. Aplikasi agen hayati sebagai pengendali organisme pengganggu tumbuhan bersifat ramah lingkungan dan dapat mengurangi dampak negatif pestisida kimia. Rizobakteri mempunyai potensi sebagai agen hayati atau agen antagonis apabila mampu menghambat pertumbuhan atau membunuh patogen. Pengujian secara in vitro dilakukan untuk menguji daya hambat sepuluh isolat rizobakteri, yaitu RB1, RB2, RB3, RB4, RB5, RB6, RB7, RB8, RB9 dan RB10 yang berasal dari rizosfer tanaman sawi hijau (choy sum) (Brassica chinensis var. parachinensis), terhadap patogen Phytophthora palmivora dan Colletotrichum gleoeosproioides. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penghambatan isolat rizobakteri terhadap fungi C. gleoeosproioides berkisar antara 4,00%-35,79% sedangkan persentase daya hambat terhadap P. palmivora berkisar antara 25,49%-63,61 %. Tingginya daya hambat isolat RB4 terhadap C. gleoeosproioides (35,79%) dan P. palmivora (63,61%), menyebabkan laju pertumbuhan fungi yang terendah, yaitu 0,38 cm/24 jam (C. gleoeosproioides) dan 0,28 cm/24 jam (P. palmivora). Hal ini menunjukkan bahwa isolat RB4 mempunyai potensi menjadi antagonis dibandingkan isolat lainnya meskipun isolat RB4 juga tidak mampu menghasilkan asam sianida (HCN) seperti isolat rizobakteri uji lainnya. Perlu dilakukan pengujian isolat sebagai agen antagonis terhadap patogen lain dan uji lapangan terhadap isolat yang sudah diketahui sebagai agen antagonis. Kata kunci: Agen hayati, fluoresen, fungi, patogen, penghambatan
Copyrights © 2025