Kota Mataram berhasil mengembangkan sistem manajemen darurat terpadu berbasis teknologi yang disebut MEMS. MEMS merupakan kolaborasi dari beberapa lembaga yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, Polisi, Pemadam Kebakaran, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kodim, Satuan Polisi Pamong Praja. Kolaborasi adalah salah satu tantangan dalam mewujudkan PSC karena melibatkan multi sektor yang rentan konflik sehingga banyak daerah yang belum mampu mewujudkan PSC meskipun teknologi dapat diduplikasi dan sumberdaya tersedia. Tesis ini bertujuan untuk menganalisis proses kolaborasi Mataram Emergency Medical Service (MEMS) di Kota Mataram dengan stakeholder melalui pendekatan Collaborative Governance. Pada implementasinya keterlibatan stakeholder lain dalam penaggulangan kegawatdaruratan di Kota Mataram masih tidak maksimal diantaranya call center belum terpadu, sistem informasi denganĀ  terkait tidak melalui satu pintu, alur komunikasi dan peran masing-masingĀ  tidak sesuai dengan standar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, pengumpulan data melalui wawancara, Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa MEMS dimulai dengan kolaborasi yang kondusif antar yang dimotori oleh leading sector yaitu RSUD Kota Mataram dan Pemerintah Kota Mataram. Analisis kolaborasi menggunakan teori Collaborative Governance dari Ansell dan Gash yang menunjukkan bahwa keberhasilan MEMS karena tercapainya komitment bersama yang kuat, leader yang inovatif dan fasilitatif, tahapan inovasi yang benar, serta SDM yang berkompeten di bidang emergency management system. Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya Collaboration Design atau desain kolaborasi bagi daerah yang ingin mewujudkan PSC, selain pengembangan di bidang teknologi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025