Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap praktik kekuasaan dalam pidato politik Megawati Soekarnoputri melalui pendekatan Analisis Wacana Kritis (AWK) model Norman Fairclough. Dalam masyarakat demokratis, pidato politik tidak hanya menjadi media penyampaian gagasan, tetapi juga alat reproduksi ideologi dan legitimasi kekuasaan. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks pidato Megawati pada acara Trisakti Tourism Award 2025. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik simak, catat, dan dokumentasi. Analisis dilakukan berdasarkan tiga dimensi Fairclough: dimensi tekstual, praksis diskursif, dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pidato Megawati mengandung berbagai strategi linguistik seperti penggunaan pronomina, diksi ideologis, repetisi, dan simbol historis untuk membangun citra diri sebagai pemimpin bermoral dan nasionalis. Secara praksis, pidato tersebut diproduksi dalam konteks politik pasca-Pemilu 2024, merepresentasikan suara institusional partai, dan disebarkan melalui media untuk memperluas pengaruhnya. Secara sosial, pidato ini menegaskan hegemoni ideologis yang menggabungkan nasionalisme, populisme, dan identitas perempuan dalam politik. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa wacana politik merupakan arena penting dalam perebutan makna dan reproduksi kekuasaan.
Copyrights © 2025