Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia tahun 2019 sebesar 48,9% dan angka ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan Riskesdas 2013 sebesar 37,1%. Dampak negatif ibu hamil yang mengalami anemia terjadi pada outcome kehamilan, yaitu bayi yang baru dilahirkan dapat mengalami intra uterine growth retardation (IUGR), kelahiran prematur atau bahkan keguguran, dan bayi lahir dengan berat badan yang rendah (BBLR). Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ongka Kabupaten Parigi Moutong. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan responden adalah ibu hamil sejumlah 109 responden. Analisis data menggunkan uji kruskal wallis dengan taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan antara kepatuhan mengonsumsi TTD dengan anemia (p=0,012), dan tidak ada hubungan antara paritas (p=0,833), pendapatan keluarga (p=0,559), tingkat kecukupan protein (p=0,191) dengan anemia. Ada hubungan antara konsumsi tablet tambah darah (TTD) dan anemia pada ibu hamil, dikarenakan ibu hamil lupa, malas, dan pusing setelah mengonsumsi TTD. Namun, tidak ada hubungan antara paritas dengan anemia karena pihak puskesmas mendukung program pemerintah, yaitu program keluarga berencana (KB). Tidak ada kaitan antara pendapatan keluarga dan anemia karena pendapatan keluarga bukanlah satu-satunya faktor risiko anemia. Namun sesuai hasil penelitian ibu hamil didominasi oleh usia 24-31 tahun, sehingga usia ibu hamil yang matang dapat mencegah terjadinya anemia. Tidak ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan anemia karena pemilihan makanan yang kurang bervariasi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025