Pekerja di industri meubel, khususnya di bagian pengamplasan, memiliki risiko tinggi terhadap gangguan kesehatan akibat paparan debu kayu. Proses pengamplasan menghasilkan partikel debu halus yang mudah terhirup dan dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Sampel penelitian adalah seluruh pekerja pengamplasan dari 44 industri meubel di Kota Gorontalo, berjumlah 44 orang yang diambil menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan melalui pengukuran fungsi paru menggunakan spirometer, pengukuran konsentrasi debu dengan alat Aerosol Mass Monitor, serta wawancara terstruktur. Hasil menunjukkan 48,9% responden memiliki gangguan fungsi paru sedang, sementara sisanya menunjukkan kapasitas paru normal. Analisis statistik mengungkapkan hubungan signifikan antara usia (p=0,035), lama kerja (p=0,001), masa kerja (p=0,002), penggunaan APD (p=0,010), dan konsentrasi debu (p=0,005) dengan gangguan fungsi paru. Namun, perilaku merokok tidak menunjukkan hubungan signifikan (p>0,05). Simpulan penelitian ini menekankan pentingnya pengendalian pajanan debu kayu melalui peningkatan ventilasi dan penggunaan APD yang konsisten. Edukasi kesehatan bagi pekerja dan pengawasan oleh pihak manajemen industri juga diperlukan untuk menurunkan risiko gangguan fungsi paru. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan risiko kesehatan kerja di industri meubel.
Copyrights © 2025