Di Indonesia, feminisme dipandang sebagai ideologi Barat yang asing secara agama, budaya, dan nasional serta tidak relevan bagi perempuan Islam; kemudian muncul kelompok anti-feminis. Kritik keras salah satunya diarahkan pada perempuan bekerja karena misinterpretasi ajaran Islam sehingga perempuan mengalami alienasi menurut konsep feminis sosialis. Saya menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan data yang dikumpulkan dari literatur buku dan jurnal terkait feminisme sosialis dan nilai Islam, khususnya yang membahas soal perempuan bekerja untuk menggali titik temu antara ajaran Islam dan feminisme sosialis. Feminisme sosialis ingin membebaskan perempuan dari alienasi termasuk untuk bekerja, sejalan dengan nilai Islam yang melegitimasi perempuan berpartisipasi maksimal di ranah publik. Oleh karena itu, terbukti bahwa larangan perempuan bekerja berasal dari misinterpretasi yang dipengaruhi oleh budaya. Diharapkan, tulisan ini mendorong intervensi yang berfokus untuk memberikan validasi perempuan bekerja dan menegaskan bahwa ajaran Islam yang sesungguhnya justru mendukung adanya kesetaraan sebagaimana semangat feminisme. Saya merekomendasikan upaya peninjauan pemahaman tafsir keagamaan yang tidak androsentris dan lebih sensitif gender termasuk yang memerhatikan penghayatan dan kondisi perempuan.
Copyrights © 2025