Ketimpangan pembangunan antar wilayah di Indonesia mendorong migrasi internal dari kawasan timur ke pusat-pusat ekonomi baru seperti Samarinda. Salah satu komunitas yang bermigrasi adalah masyarakat Buton dari Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan mengkaji strategi bertahan hidup komunitas diaspora Buton dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan kultural di Kota Samarinda. Metode penelitian menggunakan pendekatan campuran (mixed methods) dengan observasi partisipatif, wawancara mendalam, survei kuantitatif, serta FGD. Temuan menunjukkan bahwa komunitas ini mengembangkan lima strategi utama: aktif (pekerjaan informal dan usaha), pasif (penghematan dan ketahanan rumah tangga), jejaring sosial (organisasi komunitas), pendidikan (mobilitas sosial), dan budaya (pelestarian identitas). Diskriminasi sosial dan keterbatasan akses pekerjaan menjadi tantangan awal, namun dijawab dengan resistensi simbolik dan investasi jangka panjang pada pendidikan. Strategi-strategi ini tidak hanya menjadi alat bertahan, tetapi juga mendorong transformasi sosial ekonomi generasi diaspora Buton. Studi ini memberikan kontribusi pada pemahaman dinamika komunitas migran dan menjadi dasar bagi kebijakan inklusif berbasis kultural.
Copyrights © 2025