Perceraian bukan hanya urusan antara suami dan istri, tapi juga bisa berdampak besar pada anak, terutama secara mental, akademik, dan perilaku sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana perceraian orang tua memengaruhi kondisi psikologis anak, dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang remaja berusia 18 tahun yang mengalami perceraian orang tuanya sejak SMP. Hasilnya menunjukkan bahwa perceraian membuat anak merasa cemas, kurang percaya diri, kehilangan semangat belajar, dan mulai terlibat dalam pergaulan yang kurang sehat. Penelitian ini dikaitkan dengan teori struktural fungsional dari Emile Durkheim dan Talcott Parsons, yang menekankan pentingnya peran dan fungsi dalam sebuah keluarga. Saat struktur keluarga terganggu karena perceraian, fungsi penting seperti kasih sayang, bimbingan, dan pembentukan karakter anak pun ikut terganggu. Karena itu, diperlukan peran aktif dari orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar agar anak tetap bisa tumbuh dengan baik meski orang tuanya berpisah.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025