Sekolah-sekolah berbasis inklusi di Kota Bengkulu kesulitan mencari guru laki-laki. Hal ini berkaitan dengan stretype masyarakat bahwa perempuan lebih sabar, lebih telaten dan lebih tepat dalam mengasuh dan merawat anak inklusi. Pandangan ini berdampak pada pihak sekolah kesulitan dalam menerapkan pembelajaran pendidikan seksual pada anak berkebutuhan khusus yang beranjak remaja. Anak-anak ini secara kognitif terbatas, tetapi perkembangan seksual dan emosinya setara dengan anak reguler. Metodologi penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif dengan menggunakan 3 tahap koding yaitu open koding, axial koding dan selektif koding. Hasil penelitain menunjukkan adanya sterotupe negatif dari masyarakat dan orangtua calns siwa mengenai sekolah inklusi serta tidak adanya guru pendamping berjenis kelamin laki-laki.
Copyrights © 2023