Latar belakang: Dismenore primer adalah keluhan nyeri haid yang dilaporkan dialami oleh 45%-95% populasi wanita usia reproduktif di seluruh dunia. Efek sistemik yang ditimbulkan dari dismenore pada usia reproduktif berdampak pada ketidakhadiran di tempat kerja atau di sekolah yang penurunan kualitas hidup. Umumnya wanita memilih untuk melakukan penanganan secara mandiri dengan farmakologis dan non-farmakologis. Berbagai literature menyebutkan efektivitas latihan aerobik sebagai salah satu penanganan non-farmakologis yang dapat dilakukan.Tujuan: Studi ini mengkaji perbedaan durasi pemberian latihan aerobik dalam menurunkan tingkat nyeri dismenore primer. Metode: Studi systematic literature review menggunakan data sekunder dari Scopus, PubMed, dan Google Scholar. Pencarian artikel menggunakan metode PICO: Population (Usia Reproduktif), Intervention (Latihan Aerobik), Comparison (tanpa pembanding), dan Outcome (dismenore primer). Kriteria inklusi mencakup penelitian dengan subjek berusia 15-30 tahun yang melakukan intervensi latihan aerobik untuk dismenore primer, dipublikasikan dalam 10 tahun terakhir dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Kriteria eksklusi mencakup subjek di luar usia reproduktif dan intervensi lain. Hasil: Dari 7 artikel yang dianalisis, 3 menyatakan bahwa latihan aerobik selama 8 minggu efektif, sementara 4 lainnya menunjukkan pengaruh latihan selama 3, 4, 12 minggu, dan 7 bulan terhadap nyeri dismenore primer. Satu artikel tidak memberikan hasil positif atau negatif Kesimpulan: Berdasarkan tujuh artikel yang memenuhi kriteria inklusi, latihan aerobik terbukti efektif dalam mengurangi gejala dismenore primer, khususnya nyeri menstruasi. Meskipun perbedaan durasi latihan tidak menunjukkan dampak signifikan, intervensi selama 4-12 minggu dengan sesi 30-60 menit efektif dalam meredakan nyeri dismenore primer.
Copyrights © 2025