Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah produksi batubara, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan jumlah kendaraan truk terhadap indeks kualitas udara di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Data yang digunakan bersumber dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode 2018–2023 pada sembilan provinsi penghasil batubara. Menggunakan pendekatan data panel, model terbaik dipilih melalui uji spesifikasi model, di mana Fixed Effect Model (FEM) ditetapkan sebagai model paling sesuai berdasarkan hasil uji Chow dan Hausman. Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel PDRB yang berpengaruh signifikan terhadap indeks kualitas udara, sementara produksi batubara dan jumlah kendaraan truk tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Namun secara simultan, ketiga variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap kualitas udara, dengan nilai R² sebesar 0,5524, yang mengindikasikan bahwa model mampu menjelaskan 55,24% variasi indeks kualitas udara antar wilayah. Temuan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi regional merupakan faktor utama penurunan kualitas lingkungan, sementara dampak langsung sektor pertambangan belum tercermin secara memadai dalam sistem pemantauan kualitas udara yang tersedia. Oleh karena itu, diperlukan penguatan sistem pemantauan kualitas udara berbasis spasial serta integrasi kebijakan ekonomi dengan prinsip pembangunan berkelanjutan untuk mendukung perlindungan lingkungan yang lebih holistik. Kata kunci; Indeks Kualitas Udara (AQI), Produksi Batubara, PDRB, Kendaraan Truk.
Copyrights © 2025