Penelitian ini mengkaji peran keindahan makna (muhassināt ma‘nawiyyah) dalam ayat-ayat sosial Al-Qur’an sebagai strategi komunikasi yang etis, persuasif, dan berdampak transformatif. Kajian ini dilatarbelakangi oleh masih terbatasnya penelitian yang menyoroti dimensi makna estetis dalam ilmu balāghah, yang selama ini lebih banyak berfokus pada aspek bentuk atau gaya bahasa semata. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analitis dan metode studi teks, penelitian ini menganalisis empat ayat sosial, yaitu QS. Al-Muṭaffifīn: 1–3, Al-Ḥujurāt: 11, An-Nisā’: 36, dan Al-Baqarah: 177. Data diperoleh melalui dokumentasi teks Al-Qur’an serta penafsiran dari ulama klasik dan kontemporer, seperti al-Ṭabarī, al-Rāzī, Quraish Shihab, dan Nasr Abu Zayd. Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur-unsur retoris seperti muṭābaqah, jinās, dan taḥbīb tidak hanya memperindah bahasa, tetapi juga memperkuat penyampaian pesan moral dengan efek emosional yang kuat dan resistensi yang rendah dari audiens. Temuan ini memperluas pemahaman stilistika dalam tafsir Al-Qur’an dan menawarkan model komunikasi dakwah yang lebih humanis serta relevan dengan kebutuhan masyarakat kontemporer. Penelitian ini juga merekomendasikan pentingnya revitalisasi pembelajaran ilmu balāghah dan pengembangan pendekatan tafsir berbasis fungsi retoris di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Copyrights © 2025